MONITORING dan
EVALUASI KINERJA KLINIS
Setelah membaca materi bab ini mahasiswa dapat
memahami tentang:
1.
Menjelaskan pengertian monitoring dan
evaluasi.
2.
Menyebutkan tujuan monitoring.
3.
Menjelaskan prinsip-prinsip monitoring
dan evaluasi.
4.
Menjelaskan keterkaitan antara
monitoring dan evaluasi
5.
Mengidentifikasi metoda evaluasi kinerja klinis
6.
Menjelaskan tipe monitoring dan evaluasi
kinerja klinis
7. Menjelaskan langkah-langkah monitoring dan evaluasi
kinerja klinis
8.
Menjelaskan sistem monitoring kinerja
klinis
9.
Melakukan monitoring dan pengelolaan
penyimpangan kinerja klinis
|
Monitoring dan Evaluasi merupakan
bagian penting dari administrasi yang efektif dalam suatu organisasi. Hal ini
suatu proses bantuan kepada staf untuk mencapai tujuan organisasi. Hasil yang
diharapkan dikaitkan dengan standar yang digunakan dalam pelayanan kesehatan akan bermakna
apabila tujuan dapat dicapai dengan hasil yang baik. Hasil tersebut sangat
tergantung pada kualitas kinerja yang ditampilkan oleh klinisi, termasuk
perawat dan bidan. Oleh sebab itu salah satu bagian yang penting dalam proses manajemen adalah melakukan monitoring untuk
mengetahui bagaimana perawat dan bidan melakukan pekerjaannya.
Dalam melakukan monitoring kinerja perawat dan bidan, perlu ada seorang
koordinator untuk perawat dan koordinator
untuk bidan. Dengan demikian diharapkan kinerja perawat dan bidan dapat dipertanggungjawabkan dan segera
diketahui bila terjadi penyimpangan, namun keputusan harus dibuat berdasarkan
informasi yang lengkap. Hasil monitoring ini harus dilaporkan dan bila terdapat
penyimpangan segera ditindaklanjuti tetapi sebaliknya bila terdapat peningkatan
kinerja perlu diberikan penghargaan. Monitoring merupakan bagian dari evaluasi
yang dilakukan dalam proses kegiatan/evaluasi formatif. Sedangkan evaluasi selain berisi monitoring
juga melihat kembali kegiatan yang dilakukan secara keseluruhan/evaluasi
sumatif.
Perubahan yang begitu cepat dalam pelayanan kesehatan,
peningkatan kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan keterbatasan sumber daya,
telah mendorong kearah tersedianya pelayanan yang berkualitas dengan
melaksanakan sesuatu yang benar pada saat yang tepat dengan upaya yang sesuai. Prinsip ini perlu diterapkan sehingga
diperlukan adanya jaminan mutu, standar,
indikator kinerja, uraian tugas
serta sistem monitoring dan
evaluasi yang berdasarkan standar dan kebutuhan pelayanan.
Monitoring kinerja klinis bagi perawat dan bidan
merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan mutu kinerja itu sendiri dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada umumnya. Untuk mengukur kinerja
harus ada suatu indikator kinerja dan
melalui monitoring, kinerja seseorang dapat dilihat dan dinilai.
Kinerja
mengandung komponen kompetensi profesional
dan produktifitas dalam kaitannya dengan pelayanan keperawatan/kebidanan, maka
kompetensi perawat dan bidan dalam pelaksanaan tugas pelayanan didasarkan atas
standar profesi masing-masing. Sebagai profesi perawat atau bidan
seyogyanya bekerja secara profesional sehingga
layanan yang diberikan bermutu tinggi. Kita ketahui banyak faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja seseorang, namun harus disadari bahwa profesi
perawat dan bidan berkaitan dengan keselamatan dan kesejahteraan orang lain.
Tanggung jawab dan akontabilitas perawat dan bidan akan tercermin dalam deskripsi pekerjaannya
dan diterjemahkan kedalam fungsi-fungsi sesuai dengan lingkup pekerjaannya. Fungsi akan mengarah pada
kegiatan-kegiatan spesifik dan menentukan kinerja klinis tiap perawat dan
bidan. Bagaimana mengukur kinerja klinis perawat dan bidan? Tetapkanlah
indikator kinerja kuncinya terlebih dulu, karena tidak semua indikator
akan dimonitor oleh manajer perawat dan
bidan. Indikator kinerja kunci merupakan pilihan dari aktititas yang kritikal sehingga bila tidak dilakukan akan sangat berdampak
luas atau merugikan pasen.
Pengertian Monitoring
Monitoring adalah suatu proses pengumpulan dan menganalisis informasi dari penerapan
suatu program termasuk mengecek secara reguler untuk melihat apakah
kegiatan/program itu berjalan sesuai rencana sehingga masalah yang dilihat /ditemui dapat diatasi
Pengertian Evaluasi
World Health Organization (WHO) merumuskan evaluasi sebagai suatu
proses dari pengumpulan dan analisis informasi mengenai efektivitas dan dampak
suatu program dalam tahap tertentu
sebagai bagian atau keseluruhan dan juga mengkaji pencapaian
program. Definisi lain dikemukakan oleh
Swansburg (1996) yang menyatakan bahwa evaluasi kinerja adalah suatu proses
pengendalian dimana kinerja pegawai dievaluasi berdasarkan standar.
Evaluasi adalah suatu proses pengumpulan data menganalisis informasi tentang efektifitas
dan dampak dari suatu tahap atau keseluruhan program . Evaluasi juga termasuk
menilai pencapaian program dan mendeteksi serta menyelesaikan masalah dan
merencanakan kegiatan yang akan datang(WHO). Evaluasi adalah proses pemberian
informasi untuk membantu membuat keputusan tentang objek yang akan dievaluasi
Banyak orang berfikir bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan yang
dilakukan di akhir suatu program/proyek dan itu tidak membutuhkan pikiran yang
serius , pendapat ini adalah suatu hal yang salah karena evaluasi membutuhkan
perencanaan sebelum mengerjakan suatu program /proyek dan termasuk evaluasi
formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama program atau
kegiatan berlangsung dan ini dikaitkan dengan proses monitoring.Informasi yang
diperoleh dari monitoring memungkinkan untuk dapat membuat dan menetapkan
tentang bagaimana program tersebut dapat
berjalan atau bagaimana sebaiknya proses
untuk mencapai tujuan; contoh monitoring dari suatu pencapaian artinya bahwa anda dapat terus menerus
mengkaji ulang kemajuan dan mengidentifikasi sesuatu untuk menyakinkan bahwa
hal itu realistik dan dapat dicapai dan dimodifikasi atau bila perlu
memperbaikinya sementara program masih berjalan.
Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah :
- Menentukan
kompetensi pekerjaan.
- Meningkatkan
kinerja dengan menilai dan mendorong hubungan yang baik diantara pegawai
(perawat dan bidan).
- Menghargai
pengembangan staf dan memotivasi pegawai kearah pencapaian kualitas yang
tinggi.
- Menggiatkan
konseling dan bimbingan dari manajer.
- Memilih perawat dan bidan berkualitas untuk
pengembangan dan peningkatan gaji.
- Mengidentifikasi ketidakpuasan pegawai.
Secara umum Sistem Manajemen Kinerja Klinis memberi kerangka kerja
pengembangan program melalui; kinerja
yang disadari (performance awareness), pengukuran kinerja (performance measurement)
dan peningkatan kinerja (performance improvement).
Tujuan Monitoring dan Evaluasi
- Memperoleh informasi terutama tentang kegiatan
apakah telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan memberikan umpan balik
- Mempertanggung jawabkan tugas/kegiatan yang telah
dilakukan
- Sebagai bahan untuk mengambil keputusan dalam
mengembangkan program/kegiatan dan tindak lanjut dari aktifitas
monitoring.
- Menentukan kompetensi pekerjaan dan meningkatkan
kinerja dengan menilai dan mendorong hubungan yang baik diantara pegawai
dalam hal ini perawat dan bidan.
- Menghargai pengembangan staf dan memotivasi perawat
dan bidan kearah pencapaian kualitas yang tinggi.
- Menggiatkan
konseling dan bimbingan dari manajer
- .Memilih perawat dan bidan yang berkualitas untuk
pengembangan dan peningkatan gaji.
- Mengidentifikasi ketidak puasan perawat dan bidan.
Manfaat
Monitoring dan Evaluasi
- Mengidentifikasi
masalah keperawatan/kebidanan.
- Mengambil langkah korektif untuk
perbaikan secepatnya.
- Mengukur
pencapaian sasaran/target.
- Mengkaji kecenderungan status
kesehatan pasen/masyarakat yang mendapat pelayanan.
Prinsip-prinsip
Monitoring dan Evaluasi
- Libatkan staf
dalam perencanaan dan implementasi,rapat dengan staf untuk memberi
kesempatan mengerti konsep dan
ide-ide dan keuntungan self evaluasi
menjadi berguna
- Pilih seorang atau dua orang sebagai tim kecil yang bertanggung jawab dan membatasi
data dan analisis tetapi tidak membuat rekomendasi.
- Pastikan ada konsensus rencana evaluasi walaupun
ini kelihatannya membtuhkan waktu dan usaha yang besar
- Sediakan kepada tim evaluasi sumber–sumber pengambilan data dan analisis ini
mungkin melibatkan pendapat dari ahli
- Mendorong evaluator untuk melaporkan kemajuan
walaupun mereka tidak pada posisi
untuk melapor
- Gunakan temuan – temuan untuk merefleksikan program
dibawah pengawasannya, tentukan apa yang akan dirubah, dibuat dan untuk
apa contoh apakah proses implementasi harus dimodifikasi sehingga tujuan
dapat dicapai.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam
Melakukan Monitoring
1. Monitoring kinerja klinis perawat dan
bidan berdasarkan indikator kinerja klinis
2. Indikator kinerja berdasarkan standar dan
uraian tugas.
3. Indikator kinerja klinis dipilih yang
menjadi indikator kunci
4. Indikator harus bersifat ; dapat diukur
atau dinilai, dapat dicapai, dan bersifat
spesifik
5. Dalam waktu tertentu dapat dilakukan
perubahan
6.
Monitoring harus
ditentukan bagaimana caranya, kapan dimana, dan siapa yang akan memonitor serta
harus didokumentasikan.
Langkah-Langkah Dalam Monitoring
- Perencanaan
a.
Merancang sistem monitoring yang spesifik: apa yang
akan dimonitor, tujuan apakah untuk memperoleh infomasi rutin atau jangka waktu
pendek? mengapa dan untuk siapa (user).
b.
Menentukan scope monitoring: luasnya area (RS,
puskesmas non TT)? apakah bersifat klinis atau service? Siapa yang terlibat,
bidan, perawat, dokter? Berapa lama monitoring akan dilakukan?
c.
Memilih dan menentukan indikator tentukan batasan
sasaran kelompok misalnya kelompok anak dibawah 2th, 5 th atau antara 12-60 bln
? Terminologi: kasus diare, mungkin kultur masyarakat dari satu tempat akan
berbeda dgn tempat lainnya, maka penyusunan indikator merujuk pada budaya
setempat dan terakhir tentukan "performance standard" atau target
pencapaian (%) serta frekuensinya (harian/mingguan/bulanan) tergantung
kebutuhan user.
d.
Menentukan sumber-sumber informasi, memilih metoda
pengumpulan data, seperti metoda observasi, interview petugas, perawat/bidan,
pasen atau rapid survey untuk cakupan atau pengobatan di rumah (home treatment).
2. Implementasi
a.
Mengumpulkan data penggunaan format pengumpulan data,
termasuk memilih menentukan proses supervisi dan prosessingnya (kemana akan
dikirim)
b.
Tabulasi data dan analisa data: membandingkan temuan
atau pencapaian aktual dengan perencanaan
c.
Temuan dalam monitoring: apakah ada penyimpangan, bila
ada perlu diidentifikasi masalah penyebabnya. Hasil temuan di
"feedback" kan kepada semua staf yang terlibat.
d.
Menggali penyebab dan mengambil tindakan perbaikan:
menggali penyebab terjadinya masalah, bisa jadi masalah timbul dalam hal yang
sudah familiar bagi perawat dan bidan, misalnya immunisasi cakupan turun. Bila
penyebab telah diketahui, check list immunisasi dipakai lagi. Rencana monitoring
perlu disusun jangka pendek untuk menjamin bahwa tindakan/prosedure
dilaksanakan sesuai standar (rencana) serta memberi efek sesuai dengan harapan
3. Menentukan
kelanjutan monitoring
Kegiatan
monitoring dirancang untuk memperoleh hasil kinerja sekarang (rutin) atau
jangka pendek bagi manajer atau user lainnya. Ketika program atau kegiatan
rutin telah memberikan perubahan signifikan, maka kelangsungan program kinerja
memerlukan perhatian. Review secara periodik tetap diperlukan. Sistem informasi
manajemen akan membantu manajer untuk mempertimbangkan kapan indikator dan
frekuensi monitoring dikurangi dan pada bagian mana perlu direncanakan lagi dan
dilanjutkan.
Tipe
Monitoring
- Monitoring Rutin :
Kegiatan mengkompilasi informasi secara
reguler berdasarkan sejumlah indikator kunci. Jumlah indikator dalam batas
minimum namun tetap dapat memberikan informasi yang cukup bagi manajer untuk
mengawasi kemajuan/perkembangan. Monitoring rutin dapat dipergunakan
untuk mengidentifikasi penerapan program dengan atau tanpa perencanaan
- Monitoring jangka Pendek :
Dilakukan
untuk jangka waktu tertentu dan biasanya diperuntukkan bagi aktifitas yang
spesifik. Seringkali bila aktifitas atau proses-proses baru diterapkan, manajer
ingin mengetahui, apakah sudah diterapkan sesuai rencana dan apakah sesuai
dengan keluaran yang diinginkan. Pada umumnya manajer memanfaatkan informasi
ini untuk membuat penyesuaian dalam tindakan yang baru. Sekali penerapan telah
berjalan baik maka indikator kunci dimasukkan kedalam monitoring rutin.
Monitoring jangka pendek diperlukan bila manajer menemukan suatu masalah yang
muncul berhubungan dengan input atau pelayanan.
Untuk merancang sistem
monitoring rutin atau jangka pendek, beberapa hal perlu dipertimbangkan:
(1) Memilih indikator kunci yang akan
dipergunakan manajer;
(2) Hindari mengumpulkan data yang berlebihan
agar tidak menjadi beban staf.
(3) Berikan feedback pada waktu tertentu;
(4) Gunakan
format laporan yang dapat dengan mudah untuk menginterpretasikan data dan
tindakan.
SISTEM MONITORING
Sistem monitoring indikator kinerja klinis
perawat dan bidan sangat diperlukan untuk meningkatkan serta mempertahankan
tingkat kinerja yang bermutu. Melalui monitoring akan dapat dipantau
penyimpangan - penyimpangan yang terjadi,
penyimpangan harus dikelola dengan baik oleh manajer perawat dan bidan
untuk diluruskan kembali agar kegiatan yang dilakukan sesuai dengan standar.
Ada tiga indikator kinerja perawat dan bidan yang perlu dimonitor. yaitu: administratif,
klinis dan pengembangan staf.
Yang termasuk dalam indikator kinerja
administratif meliputi pendokumentasian
asuhan keperawatan (askep) dan asuhan kebidanan (askeb) segala sesuatu
yang berhubungan dengan kegiatan administratif termasuk pencatatan dan
pelaporan; Indikator kinerja klinis adalah pelaksanaan kegiatan atau aktifitas
asuhan langsung terhadap pasen, misalnya asuhan keperawatan bedah (pre-op),
asuhan kebidanan pada ibu hamil.
Pengembangan staf berkaitan dengan pengembangan kemampuan klinis staf
(pengetahuan, ketrampilan dan sikap) yang dapat dilakukan secara rutin antara lain melalui ref1eksi diskusi
kasus. (Lihat diagram dibawah ini;
|
Monitoring
sangat diperlukan dalam suatu sistem manajemen dan hasilnya merupakan feedback
bagi manajemen untuk lebih meningkatkan rencana operasional serta mengambil
langkah-langkah tindakan korektif. Oleh
karena itu manajer hendaknya memiliki sistem monitoring sehingga feedback atau
penyimpangan yang terjadi akan dapat dikelola dengan tepat, cepat dan dapat
dilakukan upaya perbaikan dengan segera. Dengan melakukan monitoring secara
periodik sesuai dengan kepentingannya, maka pelayanan keperawatan dan kebidanan
dapat ditingkatkan mutunya secara terus menerus.
Metode Evaluasi Kinerja
Dalam tatanan klinik dapat digunakan metoda evaluasi yang bervariasi.
Manajer atau supervisor harus mempertimbangkan tujuan dari evaluasi kinerja
klinis, kemampuan bekerja yang akan dievaluasi. Ini berarti harus jelas
deskripsi pekerjaan dan kegiatan yang didasarkan pada standar setiap posisi klinis.
Menegakkan indikator evaluasi harus mencerminkan deskripsi pekerjaan yang
harus mereka lakukan dan harus sederhana, khusus dan jelas. Penilaian kinerja
klinis dapat menggunakan tehnik kualitatif untuk mengukur kompetensi pekerjaan
di bagian khusus. Susunan indikator harus dikembangkan berdasarkan kekhususan
fungsi dan tugas dan itu juga digunakan untuk mengukur proses dari outcomes
kilnis. Metoda evaluasi
kinerja bervariasi seperti:
a.
Catatan Anecdotal
Catatan Anecdotal adalah catatan individu
berdasarkan peristiwa, kegiatan klinik dan hasil serta masalah yang terjadi
pada pegawai yang bersangkutan. Setiap pegawai mempunyai catatan/buku
anecdotal. Isu yang dicatat akan dibahas antara manajer atau supervisor dengan
pegawai/staf yang bersangkutan dan ditandatangani oleh pegawai dan supervisor.
Walaupun catatan anecdotal memberi satu arti sistematis untuk pencatatan
observasi, mereka tidak dapat menjamin bahwa observasi akan dibuat sistematis
atau khusus terhadap perilaku yang relevan diobservasi. Hal ini
memerlukan pertimbangan waktu pencatat observasi. Dokumen anecdotal disimpan oleh manajer, dan
menulis laporan rekapitulasi serta
mengirim laporan anecdotal kepada seksi keperawatan dan kebidanan di rumah
sakit / koordinator di Puskesmas.
b. Penilaian Diri Sendiri
Penilaian diri sendiri adalah metoda lain
untuk evaluasi kinerja dan sedikit digunakan dilapangan. Masalah penilaian diri
sendiri bagi pelaksana sama dengan penilaian supervisor dimana membutuhkan
suatu pelatihan dalam menilai diri sendiri. Mereka menjadi terbiasa untuk
setiap posisi klinik.
Pertanyaan
yang akan memfasilitasi penilaian diri
sendiri adalah:
§ Pikirkan siapa yang lebih efektif untuk
menilai?
§
Perilaku dan hasil apa yang dapat mendukung
pilihan?
§
Pikirkan perilaku dan hasil yang membuat anda
bicara dengan diri anda sendiri “Akankah menjadi lebih baik bila setiap orang
mengerjakannya ?
§ Kebiasaan apakah dari pekerjaan yang
berkaitan dengan tugas untuk dinilai?
§
Bagaimana perbedaan dari orang berpenampilan
rata-rata dengan orang yang sempurna?
c. Check List
Check List dapat mengkaji kategori
kehadiran atau absen, atau karakteristik yang diharapkan atau perilaku. Check
list harus digunakan untuk variabel nyata seperti inventaris perlengkapan.
Metoda ini dapat pula digunakan untuk evaluasi ketrampilan keperawatan atau
kebidanan klinis dan disarankan untuk mencatat perilaku esensial dalam
keberhasilan kinerja.
d. Peer Review
Peer
Review adalah proses evaluasi diantara teman sekerja dan seprofesi dengan
kemampuan yang sama praktek. Mereka secara kritis mereview praktek sejawatnya
dengan menggunakan standar kinerja yang baku. Ini adalah self-regulation dan
mendukung prinsip autonomi. Peer review terdiri dari sejawat yang memeriksa
tujuan asuhan langsung dari sejawatnya dengan standar yang khusus, indicator
kritis dari asuhan yang ditulis oleh sejawat. Tujuan peer review adalh untuk
mengukur akontabilitas, evaluasi dan meningkatkan pemberian asuhan,
identifikasi kekuatan dan kelemahan, mengembangkan policy yang baru atau
diubah.
Umumnya sistem manajemen kinerja klinis adalah untuk memberi kerangka
kerja pengembangan program melalui kinerja yang disadari ( performance
awareness),pengukuran kinerja( performance measurement) dan peningkatan kinerja
(performance improvement). Pengembangan kinerja klinis keperawatan dan
kebidanan tidak dapat dipisahkan dari upaya pengembangan sumber daya manusianya
yaitu perawat dan bidan itu sendiri. Pengembangan diri secara terus menerus
dapat dilakukan dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, melalui
pelatihan (training) dan dapat juga dilakukan melalui refleksi diskusi kasus
(RDK). RDK dapat dikategorikan sebagai suatu “in-service training” untuk selalu
mengembangkan kemampuan dan dapat dipakai sebagai salah satu indikator
pengembangan staf.
Outcomes Evaluasi
Ada 3 komponen
outcomes evaluasi dalam organisasi, yaitu :
- Clinical outcomes
- Administrative outcomes
- Service/delivery outcomes
Ad 1. Clinical outcomes
Clinical outcomes berfokus pada penilaian proses asuhan sebagai
perkembangan pasen melalui suatu sistem yang luas dan spesifik. Umumnya
penilaian harus memenuhi outcomes yang mungkin dapat diterapkan dalam
pelayanan. Contoh indikator clinical outcomes adalah :
a.
Angka infeksi. Outcome yang diharapkan harus bermakna
seperti penurunan infeksi nasokomial menjadi nol.
b.
Pasen jatuh/kecelakaan. Outcome yang diharapkan nol,
berarti pasen harus sering diobservasi terutama pada pasen yang siap ambulansi.
Ad 2. Administrative out
comes
Outcomes ini khusus berkaitan dengan organisasi sebagai keseluruhan dan
mempengaruhi sistem kepegawaian, staf, dokter dan alur bawah organisasi. Dasar pengukuran indikator dalam sistem
pelayanan kesehatan adalah implikasi dari organisasi seperti :
1.
Kepuasan
pegawai. Ini merupakan indikator kritis dari outcome untuk keberhasilan program
dan asuhan pasen. Sistem ini harus meningkatkan kualitas lingkungan kerja
pegawai meskipun membutuhkan waktu. Sistem yang lebih efektif dan efisien
didasarkan pada filosofi kerja kelompok dan asuhan yang berfokus pada pasen. Mengukur
kepuasan pegawai harus dikaji atas peratuaran yang mendasar.
2.
Analisis budaya dan suasana organisasi. Suatu
perencanaan yang baik dan efektif dirancang dengan proses keseinambungan.
Patokan kasus umum memberi implikasi positif baik terhadap budaya maupun suasana
organisasi. Budaya membangun “spirit kelompok” dengan berfokus pada pasen dan
proses. Ini adalah nilai nyata adanya pendidikan dimana belajar menghargai
diantara sesama staf, dokter dan manajemen. Transformasi suasana ke dalam
lingkungan ini menumbuhkan autonomi staf, mendorong, menghargai kreativitas dan
inovasi, mendukung kemampuan manajerial
dan suatu kebersamaan diantara anggota kelompok.
Ad 3. Service/delivery
outcomes
Ada satu komponen tetap dari
indikator pelayanan dasar yang dapat
dievaluasi dan langsung menilai
outcomes. Indikator outcomes pelayanan sedikit dan lebih sederhana, antara lain
:
a.
Kepuasan pasen.
Banyak metoda dan alat yang cocok untuk menilai kepuasan pasen yang akurat
sebagai indikator kritis. Kegagalan
mendengar dan menanggapi persepsi pasen dalam sistem pemberian asuhan akan mengakibatkan ancaman kegagalan dari
organisasi. Data yang berkaitan dengan kepuasan pasen harus disampaikan kepada
semua staf secara regular, hanya outcomes terbaik memberikan “inovasi” lebih
jauh untuk meningkatkan kinerja . Penilaian yang kurang akan memberi
dampak kepada organisasi.
b. Lamanya menunggu (Respone Time). Adalah indikator pelayanan yang sempurna untuk
menilai efektivitas sistem. Suatu birokrasi yang kompleks, lamban, aturan
sistem menghasilkan keterlambatan pemasaran. Pasen sensitif terhadap
keterlambatan dan keterbelakangan yang
menimbulkan kesan negatif terhadap organisasi berdasarkan pengalaman dalam
proses sewaktu masuk ke rumah sakit.
Evaluasi
data penyimpangan kinerja adalah
satu bagian penting dalam peningkatan kinerja. Ada dua jenis
penyimpangan. Pertama, penyebab umum terjadinya penyimpangan
yang erat kaitannya dengan penyimpangan minor yang terjadi dalam satu
organisasi pelayanan kesehatan, tanpa memperdulikan sistem yang telah mapan. Penyebab umum terjadi penyimpangan mungkin
juga termasuk penyimpangan minor dalam penampilan kinerja staf, dimana prosedur
yang tidak jelas dan keterbatasan peralatan.
Oleh karena
itu, keterbatasan sumber untuk mendeteksi penyebab setiap penyimpangan minor
dapat ditoleransi. Kedua, penyebab khusus terjadinya penyimpangan, mungkin termasuk
kesalahan pegawai, kurangnya pengetahuan dalam menjabarkan peralatan. Target indikator adalah menggunakan deviasi
standar untuk mengidentifikasi penyebab penyimpangan tertentu yang dapat
mentoleransi fluktuasi penyebab umum.
Penyebab khusus terjadinya penyimpangan biasanya mudah dikoreksi dari
pada penyebab umum terjadinya penyimpangan.
Sebagai contoh; Keharusan mencuci
tangan secara rutin mungkin ditingkatkan dengan drastis, apabila staf sadar dan
menerima bahwa praktek cuci tangan akan di evaluasi. Rencana tindakan adalah kunci untuk
menghilangkan penyebab khusus terjadi penyimpangan.
Kesimpulan
Monitoring merupakan bagian penting dalam
manajemen kinerja klinis perawat dan bidan dalam rangka meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan keperawatan dan kebidanan dan disisi lain
meningkatkan kualitas kesehatan pasen. Temuan monitoring
di"feedback"kan kepada staf untuk diketahui seberapa jauh pencapaian
kinerjanya. Manajer menggali penyebab masalah dan merencanakan monitoring
sebagai tindak lanjut untuk perbaikan. Hasil monitoring dilaporkan
kepada pimpinan untuk dipergunakan sebagai informasi dalam pengambilan
keputusan.
Evaluasi
- Sebutkan pengertian monitoring.
- Apa yang dimonitoring ?
- Sebukan langkah-langkah monitoring dan
jelaskan secara ringkas.
- Apa yang dilakukan bila terjadi penyimpangan
?
- Sebutkan 3 indikator kinerja klinis Perawat
dan Bidan yang dimonitor dan
berikan contohnya.