KEPUASAN PELANGGAN
PENDAHULUAN
Cara mengukur mutu
jasa dilakukan dengan mengukur kepuasan
pelanggan, pelanggan puas adalah pelanggan yang membeli lagi dan
lagi. Hal yang perlu diperhatikan adalah
pelanggan yang tidak puas. Pelanggan
yang tidak puas jarang mengeluh, tetapi cenderung beralih ke perusahaan lain. Karena menarik
pelanggan baru lebih sulit dibanding mempertahankan yang ada, maka perusahaan jasa harus dapat memuaskan
pelanggannya.
MENGUKUR KEPUASAN PELANGGAN
Kepuasan pelanggan tidak dapat diukur, sehingga
tidak mudah mengevaluasi baik buruknya suatu kualitas pelayanan. Berry dan
Parasuraman dalam bukunya “Delivering Quality Service, Balancing Customer
Perception and Expectation”, menyebutkan 10 dimensi digunakan pelanggan untuk menilai kualitas
pelayanan, yaitu :
1.
Tampilan elemen fisik yang dapat dinilai (Tangibles)
Dimensi
ini mencakup tersedianya fasilitas fisik, peralatan, SDM, materi komunikasi yang merupakan bukti nyata
pelayanan.
2.
Keandalan (Reliability)
Dimensi
ini mencakup keandalan dalam menepati janji-janji yang telah diberikan,
kinerja akurat dan konsisten.
3.
Responsivitas (Responsiveness)
Dimensi
ini mencakup keinginan dan kesiapan perusahaan membantu pelanggan serta memberikan
pelayanan yang diminta, dengan ketepatan waktu jasa (timelineness of
service)
4.
Komunikasi (Communication)
Dimensi
ini mencakup kesediaan mendengarkan pelanggan dan menjaga pelanggan selalu
mendapatkan penjelasan mengenai pelayanan yang akan diberikan dengan mudah
dimengerti.
5.
Kredibilitas (Credibility)
Kredibilitas mencakup dapat dipercayanya pemberi
pelayanan, keyakinan akan pelayanan dan
jaminan atas pelayanan yang telah diberikan, termasuk juga harus mempunyai
perhatian paling baik di hati konsumen.
6.
Keamanan (Security)
Dimensi
ini mencakup bebas dari resiko, rasa takut dan keragu-raguan atas pelayanan yang diberikan.
7.
Kompetensi (Competence)
Kompeten
berarti penguasaan skill dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan
8.
Sopan-santun (Courtesy)
Kesopan
santunan meliputi kesopanan, rasa hormat, perhatian, tenggang rasa, kedekatan
dengan pelanggannya, dan keramahtamahan dari karyawan
9.
Pemahaman pada pelanggan (Understanding the Customer)
Dimensi
ini mencakup usaha untuk mengenali dan mengerti kebutuhan pelanggan.
10.Akses (Access)
Dimensi
ini mencakup kemudahan untuk memperoleh pelayanan baik dalam mencapai lokasi,
komunikasi dengan petugas, kemudahan penyelesaian masalah yang ada hubungannya
dengan pelayanan.
Hasil pengukuran kepuasan pelanggan akan sangat berguna bagi manajemen dan
layanan suatu perusahaan jasa untuk mempertahankan pelayanan yang telah baik
dan memfokuskan diri pada usaha peningkatan hal yang belum memuaskan pelanggan.
Bagan rantai pelayanan dan keuntungan di atas
menjelaskan hubungan antara pertumbuhan dan keuntungan perusahaan dengan
kepuasan dan loyalitas pelanggan dan kepuasan dan loyalitas serta produktivitas
karyawan. Pertumbuhan dan keuntungan perusahaan terutama oleh karena adanya
loyalitas dari pelanggan. Loyalitas ini
merupakan hasil langsung dari kepuasan pelanggan. Kepuasan sebagian besar
dipengaruhi oleh nilai pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Nilai
pelayanan yang baik dihasilkan oleh karyawan yang puas, loyal dan produktif.
Kepuasan karyawan ini sebagai hasil dari dukungan dan kebijakan yang
berkualitas tinggi sehingga menghasilkan pelayanan yang baik kepada pelanggan.
Reichheld and Sosser dalam Loveloc (1996), mengestimasikan bahwa peningkatan
loyalitas pelanggan sebesar 5 % dapat
meningkatkan keuntungan sebesar 25% - 85%.
HARAPAN KUALITAS PELAYANAN DAN GAP MODEL
1. Harapan
Harapan pelayanan
sebagai determinan mayor dari evaluasi kualitas pelayanan oleh konsumen,
kepuasan dan keputusan yang diambil oleh provider. Sebagai tambahan, beberapa program yang masuk
akal dibuat, mengawasi, atau mengelola kualitas pelayanan adalah sangat
tergantung dengan pengertian akan harapan konsumen. Harapan pelayanan oleh
konsumen dapat didefinisikan sebagai uji coba kepercayaan akan penyampaian
pelayanan dimana pelayanan sebagai
standart atau referensi lawan tampilan pelayanan yang dinilai konsumen.
Literatur lain yang berbeda konsep mengatakan bahwa bagaimana harapan akan pelayanan
terbentuk, salah satu pandangan terkemuka menggambarkan harapan sebagai
kepercayaan konsumen, kemungkinan, atau perkiraan akan keinginan yang terpikir
sebagai hasil dari transaksi pelayanan. Pemikiran lain merupakan modifikasi
dari pandangan ini dengan keadaan bahwa konsumen akan mempercayakan pada standar produk layanan
yang ditawarkan. Standar ini merupakan
pengalaman yang berdasarkan norma. Pengalaman
berdasar norma tidak dicerminkan pada prediksi, tetapi lebih dari
keinginan yang ditampilkan. Sebagian besar
pengalaman yang berdasarkan norma
mengarah pada tingkat penampilan dimana konsumen percaya dapat dicapai
oleh pemberi pelayanan.
Harapan dalam
konteks kualitas pelayanan adalah harapan konsumen atau keinginan yang sama dengan harapan konsumen berdasar
norma. Harapan dapat dipertajam oleh karakter dari personil konsumen, dan
aktifitas pemasaran secara tradisional.
Harapan dapat dipengaruhi
oleh komunikasi eksternal seperti iklan dan komunikasi dari mulut ke
mulut. Pengalaman yang lalu terhadap
pelayanan sangat mempengaruhi harapan. Tradisi organisasi dan ideologi mungkin
juga akibat dari harapan. Dimana tradisi yang sama dikomunikasikan melalui
reputasi atau imaginasi, ideologi adalah komunikasi melalui institusi,
keagamaan, tampilan politik atau afiliasi. Melihat pada harapan yang berkembang
dan terbentuk, pelayanan mereka seperti yang diartikan pelayanan berkualitas
dievaluasi dan sebagai hasilnya, menyelenggarakan permintaan untuk menilai atau penyampaian pelayanan berkualitas.
2. Gap Model
Evaluasi konsumen
dari pusat kualitas pelayanan seimbang dengan harapan mereka dan persepsi akan
pelayanan. Harapan yang ditemui atau lebih jauh pada pelayanan, atau
serangkaian dari pelayanan akan menghasilkan cukup atau evaluasi kualitas
pelayanan yang ideal. Sebagai alternatif,
harapan yang tidak diketemukan akan menghasilkan negatif dalam evaluasi
kualitas pelayanan. Gap Model kualitas pelayanan dalam gambar 10 merupakan
framework organisasi yang secara sistematik untuk perbaikan persepsi konsumen
terhadap kualitas pelayanan. Gambar 10 menggambarkan 5 gap, Gap 5 perbedaan
antara harapan konsumen dengan persepsi secara langsung yang dicerminkan pada
Gap 1-4. Artinya bahwa semakin kecil ketidaksesuaian yang diamati
dalam Gap 1-4, lebih mirip dengan harapan yang diinginkan pada evaluasi
kualitas pelayanan. Poin penting yang ditangkap dalam benak bahwa manajer tak
dapat bertindak menyusutkan Gap 5 secara langsung. Gap 5 dapat hanya ditindaki secara tak
langsung dengan mengembangkan Gap 1-4.
Analisis sekarang difokuskan pada Gap 1, yang mungkin merupakan gap yang
penting sekali karena ini menggambarkan dasar
fungsi yang pantas dari seluruh model dalam gambar 10. Gap 1 akan menjadi besar bila organisasi
pelayanan kesehatan terutama memfokuskan pada operasional atau transaksi lebih
dari pada hubungan dengan konsumen, atau jika ini diserap dengan
tambahan.konsumen baru melebihi kemampuan. Menutup Gap 1 berarti organisasi
membutuhkan pengetahuan yang cermat dari
harapan konsumen akan kualitas pelayanan.
Tanpa pengertian yang jelas akan harapan konsumen, Gap 2-4 tak dapat
ditutup secara cukup. Pada Gap ini (gap 1-4) pada gilirannya,
pelayanan sebagai mekanisme dimana harapan konsumen akan kualitas pelayanan ditegaskan atau tetap dalam
setting pelayanan. (gap
5). Valerie A Zeithaml (1990),
mengatakan ada 5 (lima) perbedaan persepsi yang terjadi dalam memberikan
pengertian mutu pelayanan (service quality) yang disebut Gap 1, Gap 2,
Gap 3, Gap 4 dan Gap 5. Gap 1, Gap 2
adalah gap yang ada pada manajemen yaitu para manajer, Gap 3, Gap 4 terutama
gap yang ada pada petugas garis depan (first line service employees)
a.
Gap 1, para manajer kurang mengerti akan harapan
konsumen.
b.
Gap 2, spesifikasi pelayanan tidak sesuai dengan
standar kualitas yang diharapkan konsumen.
c.
Gap 3, gap yang terjadi pada penampilan pelayanan,
petugas yang terlibat tidak menyampaikan pelayanan sesuai dengan kehendak manajemen.
d.
Gap 4, pelayanan yang disampaikan tidak sesuai
dengan yang dijanjikan.
e.
Gap 5, gap antara pelayanan yang terjadi dengan
pelayanan yang dikehendaki konsumen karena adanya satu atau lebih gap di atas.
Untuk mengatasi
kegagalan-kegagalan ini, proses dimulai dengan mengetahui adanya Gap 5,
selanjutnya mengadakan penelitian tentang adanya Gap 1 sampai dengan Gap 4, dan
mengadakan tindakan koreksi seperlunya.