Sabtu, 15 Februari 2014

TANGGUNG JAWAB DAN AKUNTABILITAS

TANGGUNG JAWAB 
DAN AKUNTABILITAS


PENDAHULUAN
            Tanggung jawab dan akuntabilitas sangat penting dalam menentukan mutu kinerja perawat dan bidan. Hal ini membutuhkan proses mental untuk menjadikan Perawat dan Bidan bekerja secara profesional. Perawat dan bidan harus waspada serta meningkatkan kinerjanya mengingat tanggung jawab dan akuntabilitas berhubungan dengan kegiatan atau tindakan mereka. Mereka perlu memonitor dan mengevaluasi semua hasil pekerjaan yang telah dilakukannya, dan selalu berupaya meningkatkan serta menjaga mutu pelayanannya.
       
PENGERTIAN
¨      Tanggung jawab:  mengarah pada kinerja tindakan dari tugas, mencakup  tindakan para staf dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk kesejahteraan pasen.
¨      Akuntabilitas:  mengarah pada hasil dari tindakan yang dilakukan. Ini berarti menerima hasil kerja atau tindakan serta tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil, serta tindakan, dan catatan  yang dilakukan dalam batas kewenangannya.                                   

KONSEP TANGGUNG JAWAB dan AKUNTABILITAS

Tanggung Jawab
¨      Menempatkan kebutuhan pasen di atas kepentingan sendiri.
¨      Melindungi hak pasen untuk memperoleh keamanan dan pelayanan yang berkualitas dari perawat atau bidan.
¨      Selalu meningkatkan pengetahuan, keahlian serta menjaga perilaku dalam melaksanakan tugasnya.
Akuntabilitas           
¨      Dapat mempertahankan kinerja professional berdasarkan standar yang berlaku.

TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab menunjukkan kewajiban. Ini mengarah kepada kewajiban yang harus dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan secara professional. Manajer dan para staf harus memahami dengan jelas tentang fungsi tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing perawat dan bidan serta hasil yang ingin dicapai dan bagaimana mengukur kualitas kinerja stafnya. Perawat atau bidan yang professional akan bertanggung jawab atas semua bentuk  tindakan klinis keperawatan atau kebidanan yang dilakukan dalam lingkup tugasnya.

Tanggung jawab diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan kinerja yang ditampilkan guna memperoleh hasil pelayanan keperawatan atau kebidanan yang berkualitas tinggi. Yang perlu diperhatikan dari pelaksanaan tanggung jawab adalah memahami secara jelas tentang “uraian tugas dan spesifikasinya” serta dapat dicapai berdasarkan standar yang berlaku atau yang disepakati. Hal ini berarti  perawat atau bidan mempunyai tanggung jawab yang dilandasi oleh komitmen, dimana  mereka harus bekerja sesuai fungsi tugas yang dibebankan kepadanya.

Untuk mempertahankannya, perawat dan bidan hendaknya mampu dan selalu melakukan introspeksi serta arahan pada  dirinya sendiri (self-directed), merencanakan pengembangan diri secara kreatif dan senantiasa berusaha meningkatkan kualitas kinerjanya. Hal ini diperlukan agar mereka dapat mengidentifikasi elemen-elemen kritis untuk meningkatkan dan mengembangkan kinerja klinis mereka, guna memenuhi kepuasan pasen dan dirinya sendiri dalam pekerjaannya.  Mencatat respon dan perkembangan pasen dengan lengkap dan benar merupakan  salah satu tanggung jawab perawat atau bidan dalam melaksanakan tugasnya.

AKUNTABILITAS
Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan hasil pekerjaan, dimana “tindakan” yang dilakukan merupakan satu aturan profesional. Oleh karena itu pertanggungjawaban atas hasil asuhan keperawatan atau kebidanan mengarah langsung kepada praktisi itu sendiri. Pada tingkat pelaksana sebagai  perawat atau bidan harus memiliki kewenangan dan otonomi (kemandirian) dalam pengambilan keputusan untuk tindakan yang akan mereka lakukan. Manajer ruangan (KARU) bertanggung jawab atas keputusannya terhadap pelaksanaan tugas-tugasnya, termasuk menyeleksi staf, terutama mengarah pada kemampuan kinerja mereka masing-masing. Selanjutnya, setiap perawat atau bidan sebagai anggota tim bertanggung jawab terhadap penugasan yang dilimpahkan kepadanya. Oleh karena itu, setiap perawat atau bidan harus faham terhadap pertanggungjawaban atas tugas yang dibebankan kepadanya. Kepala ruangan wajib melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dari srafnya. Perawat atau bidan professional harus dapat mempertanggungjawabkan tindakan yang dilakukan dalam pencapaian tujuan asuhan keperawatan atau kebidanan kepada pasen. Kepekaan diperlukan terhadap hasil setiap tindakan yang dilakukannya, karena berhubungan dengan tanggung jawab, pendelegasian,  kewajiban dan kredibilitas profesinya
Akuntabilitas profesional mempunyai beberapa tujuan, antara lain: (1) Perawat dan bidan harus mempertanggungjawabkan tindakannya kepada pasien, manajer dan organisasi tempat mereka bekerja. (2) Mereka bertanggungjawab terhadap tindakan yang diambil untuk pasen dan keluarganya, masyarakat dan juga terhadap profesinya. (3) Mengevaluasi praktek profesional dan para stafnya. (4) Menerapkan dan mempertahankan standar yang telah ditetapkan dan yang dikembangkan oleh organisasi. (5) Membina ketrampilan personal staf masing-masing. (6) Memastikan ruang lingkup dalam proses pengambilan keputusan secara jelas.

MEKANISME AKUNTABILITAS

1.      Keperawatan atau Kebidanan Klinis
Kelompok perawat atau bidan bertanggung jawab selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu untuk merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi asuhan keperawatan atau kebidanan untuk sekelompok pasennya. Mereka mempunyai wewenang penting untuk memenuhi tanggung jawabnya. Untuk itu mereka harus memiliki wewenang dalam memenuhi tanggung jawabnya dan harus mampu menerima akuntabilitas untuk pencapaian hasil praktek keperawatan atau kebidanan. Kewenangan yang dimiliki  perawat atau bidan untuk memberikan asuhan keperawatan atau kebidanan diarahkan langsung kepada pasen pada setiap saat dalam pelaksanaan tugas. Praktek klinik keperawatan atau kebidanan merupakan instrument yang sudah biasa dilakukan dan dapat dipergunakan dalam mempromosikan praktek profesionalnya. Seorang manajer dapat mengembangkannya melalui dorongan dan kepercayaan terhadap staf perawat atau bidan, agar mereka semakin memiliki kesadaran, dan kemampuan klinis dalam memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi.

2.      Etika Perawat / Bidan
Kerangka konsep dan dimensi moral dari suatu tanggung jawab dan akuntabilitas dalam praktek klinis keperawatan dan kebidanan didasarkan atas prinsip-prinsip etika yang jelas serta diintegrasikan ke dalam pendidikan dan praktek klinis. Hubungan perawat atau bidan dengan pasen dipandang sebagai suatu tanggung jawab dan akuntabilitas terhadap pasien yang pada hakekatnya adalah hubungan memelihara (caring). Elemen dari hubungan ini dan nilai-nilai etiknya  merupakan tantangan yang dikembangkan pada setiap sistem pelayanan kesehatan dengan berfokus pada sumber-sumber yang dimiliki. Perawat atau bidan harus selalu mempertahankan filosofi keperawatan atau kebidanan yang mengandung prinsip-prinsip etik dan moral yang tinggi sebagaimana perilaku memelihara dalam menjalin hubungan dengan pasen dan lingkungannya. Sebagai contoh, ketika seorang perawat/bidan melakukan kesalahan dalam memberikan obat kepada pasen, dia harus secara sportif (gentle) dan rendah hati (humble) berani mengakui kesalahannya. Pada kasus ini dia harus mempertanggungjawabkan kepada: (1) pasen sebagai konsumen, (2) dokter yang mendelegasikan tugas kepadanya, (3) Manajer Ruangan yang menyusun standar atau pedoman praktek yang berhubungan dengan pemberian obat (4) Direktur Rumah Sakit atau Puskesmas yang bertanggung jawab atas semua bentuk pelayanan di lingkungan organisasi tersebut.


1.      Terhadap Diri Sendiri; (a) Tidak dibenarkan setiap personal melakukan tindakan yang membahayakan keselamatan status kesehatan pasen. (b) Mengikuti praktek keperawatan atau kebidanan berdasarkan standar baru dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi canggih. (c) Mengembangkan opini berdasarkan data dan fakta.

2.      Terhadap Klien atau Pasen; (a) Memberikan informasi yang akurat berhubungan dengan asuhan keperawatan atau kebidanan. (b) Memberikan asuhan keperawatan atau kebidanan berdasarkan standar yang menjamin keselamatan, dan kesehatan pasen.
3.      Terhadap Profesinya; (a). Berusaha mempertahankan, dan memelihara kualitas asuhan keperawatan, atau kebidanan berdasarkan standar, dan etika profesi. (b) Mampu dan mau mengingatkan sejawat perawat/bidan untuk bertindak profesional, dan sesuai etik moral profesi.
4.      Terhadap Institusi/Organisasi;  Mematuhi kebijakan dan peraturan yang berlaku, termasuk pedoman yang disiapkan oleh institusi atau organisasi.
5.      Terhadap Masyarakat;  Menjaga etika dan hubungan interpersonal dalam memberikan pelayanan keperawatan, atau kebidanan yang berkualitas tinggi.

KESIMPULAN
Tanggung jawab dan akuntabilitas memerlukan dasar komitmen yang kuat dalam praktek keperawatan atau kebidanan untuk dapat mengembangkan kemampuannya secara mandiri. Disamping itu diperlukan kemampuan untuk dapat mengarahkan dirinya sendiri, sehingga dapat mengidentifikasikan elemen-elemen kritikal untuk pengembangan atau peningkatan kinerjanya dalam pelaksanaan tugasnya, dalam rangka mempertahankan tercapainya status profesionalnya. Melalui pembelajaran diri secara terus menerus, perawat atau bidan harus senantiasa meningkatkan pengetahuan, kemampuan, serta memelihara perilaku yang etis dan professional untuk  menghasilkan kinerja klinis yang berkualitas tinggi.

Hal tersebut akan tercapai apabila semua fungsi tugas dan kegiatan dilandasi etika dan standar dengan memanfaatkan dan menerapkan mekanisme akuntabilitas untuk memenuhi kepuasan pasen dan kepuasan bekerja.

EVALUASI
  1. Sebutkan pengertian Tanggung Jawab dan Akuntabilitas ?
  2. Berikan perbedaan dan hubungan dari kedua hal tersebut di atas ?
  3. Jelaskan dengan singkat dua hal tentang mekanisme Akuntabilitas ?
  4. Bagaimana mempertahankan Akuntabilitas professional bagi diri sendiri ?
  5. Apa yang perlu dilakukan untuk mempertahankan tangggung jawab dalam meningkatkan kinerja diri sendiri ?


Sabtu, 11 Januari 2014

DISIPLIN KERJA

DISIPLIN KERJA
PENDAHULUAN
Disiplin  sangat  penting  untuk  pertumbuhan organisasi, digunakan terutama  untuk memotivasi  pegawai agar dapat  mendisiplinkan diri   dalam melaksanakan pekerjaan  baik secara  perorangan  maupun kelompok. Disamping itu disiplin  bermanfaat mendidik pegawai  untuk mematuhi dan menyenangi  peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.
Kurang  pengetahuan tentang peraturan,  prosedur,  dan kebijakan yang ada  merupakan  penyebab  terbanyak  tindakan  indisipliner. Salah satu upaya  untuk mengatasi hal tersebut  pihak  pimpinan sebaiknya  memberikan program orientasi  kepada tenaga  perawat/bidan  yang baru pada  hari pertama mereka bekerja, karena  perawat/bidan  tidak dapat diharapkan  bekerja dengan baik dan patuh, apabila  peraturan/prosedur atau kebijakan  yang ada  tidak diketahui, tidak jelas, atau tidak dijalankan  sebagai mestinya.  Selain  memberikan  orientasi,  pimpinan  harus menjelaskan  secara rinci peraturan peraturan yang sering  dilanggar, berikut rasional dan konsekwensinya. Demikian pula  peraturan/prosedur atau kebijakan  yang mengalami perubahan atau diperbaharui, sebaiknya diinformasikan   kepada staf  melalui diskusi aktif.
Tindakan  disipliner  sebaiknya dilakukan, apabila  upaya   pendidikan yang  diberikan telah gagal, karena tidak ada orang yang sempurna. Oleh sebab itu, setiap individu diizinkan untuk melakukan  kesalahan  dan  harus  belajar dari kesalahan tersebut.   Tindakan  indisipliner  sebaiknya dilaksanakan dengan  cara  yang  bijaksana sesuai dengan prinsip dan  prosedur yang  berlaku  menurut tingkat  pelanggaran  dan  klasifikasinya.

PENGERTIAN

§  Disiplin  berasal  dari  akar  kata   “disciple“  yang  berarti  belajar.
Disiplin  merupakan  arahan  untuk melatih  dan membentuk  seseorang   melakukan sesuatu  menjadi lebih  baik.
§  Disiplin adalah  suatu proses yang dapat  menumbuhkan perasaan  seseorang untuk mempertahankan  dan meningkatkan  tujuan  organisasi  secara obyektif, melalui kepatuhannya  menjalankan  peraturan  organisasi. 

Sanksi indisipliner  dilakukan  untuk  mengarahkan  dan memperbaiki  perilaku                          pegawai dan  bukan  untuk  menyakiti.  Tindakan  disipliner  hanya  dilakukan  pada pegawai  yang tidak dapat mendisiplinkan  diri,   menentang/tidak dapat  mematuhi  praturan/prosedur organisasi. Melemahnya  disiplin kerja akan mempengaruhi moral pegawai maupun pelayanan  pasen secara langsung, oleh karena itu  tindakan   koreksi  dan pencegahan  terhadap  melemahnya peraturan   harus segera  diatasi   oleh  semua komponen  yang  terlibat  dalam  organisasi.   

Asumsi  : Tidak ada orang yang  sempurna, oleh sebab itu  setiap  individu  diizinkan  untuk melakukan  kesalahan  dan belajar  dari  kesalahan  tersebut. Tindakan  koreksi  dilakukan  apabila  individu tidak dapat mematuhi  peraturan  sesuai standar minimal atau tidak dapat  meningkatkan  tujuan organisasi.  

 

PRINSIP-PRINSIP  Disiplin

1.     Pemimpin mempunyai  prilaku  positif
Untuk dapat  menjalankan  disiplin  yang  baik  dan benar,  seorang  pemimpin  harus         dapat menjadi  role model/panutan  bagi  bawahannya. Oleh karena  itu  seorang   pimpinan  harus dapat mempertahankan  perilaku yang positif  sesuai  dengan  harapan staf.
2.   Penelitian  yang  Cermat
Dampak  dari tindakan  indisipliner  cukup serius, pimpinan harus memahami akibatnya. Data dikumpulkan  secara faktual, dapatkan informasi  dari  staf yang lain, tanyakan secara  pribadi  rangkaian pelanggaran yang telah  dilakukan, analisa, dan bila perlu  minta pendapat  dari  pimpinan  lainnya.
3.     Kesegeraan  
Pimpinan  harus  peka  terhadap pelanggaran  yang  dilakukan  oleh bawahan sesegera mungkin  dan  harus diatasi  dengan  cara yang bijaksana. Karena,  bila dibiarkan  menjadi kronis, pelaksanaan disiplin yang  akan  ditegakkan  dapat dianggap lemah,   tidak jelas,  dan akan mempengaruhi  hubungan  kerja dalam organisasi  tersebut.
4.     Lindungi  Kerahasiaan  (privacy)
Tindakan indisipliner akan  mempengaruhi  ego staf, oleh karena itu  akan lebih baik apabila permasalahan didiskusikan secara pribadi, pada ruangan  tersendiri dengan suasana yang rileks dan tenang.  Kerahasiaan harus tetap  dijaga karena mungkin dapat mempengaruhi  masa depannya .
5.     Fokus  pada  Masalah
Pimpinan  harus  dapat  melakukan  penekanan  pada kesalahan  yang dilakukan bawahan dan bukan pada pribadinya, kemukakan  bahwa  kesalahan yang dilakukan  tidak dapat dibenarkan.
6.     Peraturan   Dijalankan  Secara  Konsisten
Peraturan  dijalankan secara konsisten, tanpa pilih kasih. Setiap  pegawai yang bersalah harus dibina sehingga mereka tidak merasa dihukum dan dapat menerima sanksi yang dilakukan secara wajar.
7.     Fleksibel
Tindakan disipliner  ditetapkan apabila  seluruh  informasi  tentang  pegawai telah di analisa  dan dipertimbangkan. Hal yang menjadi pertimbangan antara lain adalah tingkat kesalahannya,  prestasi pekerjaan yang lalu,  tingkat kemampuannya dan pengaruhnya terhadap organisasi  
8.     Mengandung  Nasihat
Jelaskan secara  bijaksana  bahwa pelanggaran yang dilakukan  tidak dapat diterima. File pegawai  yang berisi  catatan  khusus  dapat digunakan sebagai acuan, sehingga mereka  dapat memahami  kesalahannya.    

9.     Tindakan   Konstruktif
Pimpinan harus yakin  bahwa bawahan  telah  memahami perilakunya bertentangan  dengan tujuan organisasi dan  jelaskan kembali   pentingnya  peraturan  untuk staf maupun organisasi. Upayakan   agar  staf  dapat merubah perilakunya   sehingga  tindakan indisipliner  tidak terulang lagi.
10. Follow Up  (Evaluasi)


TUJUAN  disiplin

Difokuskan   untuk mengoreksi  penampilan kerja agar  peraturan  kerja dapat diberlakukan  secara konsisten. Tidak  bersifat  menghakimi dalam memberlakukan  hukuman  atas  tindakan  indisipliner.


Teguran  Secara  Lisan

            Teguran  secara  lisan  terbatas  dalam  hal mengingatkan perawat  untuk kesalahan yang kecil  dan baru pertama kali dilakukan. Sebagai suatu  tindakan  koreksi,  biasanya  teguran   dilakukan   secara pribadi  dengan  cara  yang  bersahabat dengan tetap memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan. Bantu bawahan untuk  membuat keputusan agar tidak mengulangi  kesalahannya. Buat catatan  khusus bahwa perawat telah melakukan konsultasi, catat waktu, tempat, dan   permasalahannya,  serta kesimpulan konsultasi.   Dokumen  dimasukkan  kedalam  file pribadi perawat.

Teguran  Secara  Tertulis

Teguran secara  tertulis  dilakukan  apabila  pelanggaran  diulangi kembali, tidak menunjukan  perbaikan  atau pelanggarannya cukup serius. Dalam  teguran secara tertulis, harus dicantumkan   nama pegawai,  nama pimpinan,  permasalahannya,  rencana perbaikan, dan  batas waktu perbaikan  serta  konsekwensi nya  apabila  pelanggaran  diulangi. Bawahan harus membaca dan memahami  sanksi yang diberikan dan disepakati bersama.  Dokumen  dimasukan  ke dalam  file pribadi  pegawai dan tembusannya diberikan kepada yang bersangkutan.  Sanksi biasanya disesuaikan dengan  kebijakan  institusi atau organisasi  setempat.

Keputusan  Terakhir/Skors

Keputusan  terakhir  atau  terminasi  dilakukan  karena pimpinan  melihat  bahwa kesalahan yang dilakukan  oleh  bawahan  sudah sangat  serius dan selama   batas waktu  perbaikan   perilaku bawahan  tidak memperlihatkan perubahan. Keputusan  terakhir  biasanya  dilakukan  dengan melibatkan  pimpinan    organisasi/Departemen. Keputusan  terakhir /skors  dapat dilakukan dengan berbagai cara  tergantung  pada tingkat kesalahannya maupun  kebijakan  dari  institusi / organisasi.  Antara lain  adalah  : Penurunan pangkat,  mutasi,  penundaan kenaikan pangkat / berkala,  penurunan insentif, tidak  diperkenankan  bekerja untuk jangka waktu pendek , jangka waktu panjang, atau akhirnya  diberhentikan / dikeluarkan.

 

IMPLEMENTASI  PROSEDUR  disiplin

Persiapan
§  Tangung jawab  yang  dilanggar  sebagai  bukti..
Objektif
§  Pelanggaran  yang dilakukan   harus  diteliti  dengan  cermat , dengan  bukti  yang nyata,  sebelum tindakan disipliner yang dilakukan.
§  Tindakan indisipliner  harus dilakukan  dengan adil.
§  Seleksi  yang adil tidak pilih kasih.
Kerahasiaan
§  Catatan   harus dijaga kerahasiaannya.
§  Wawancara   dilakukan  dengan  rileks  diruangan  tertutup  dan tenang.
§  Hormati  hak individu, beri kesempatan  untuk mengemukakan pendapat.
§  Diskusikan  masalahnya  bukan pribadinya.

Modifikasi Perilaku
Dapatkah  perilaku  bawahan  dirubah  oleh perubahan  perilaku  pimpinan  ?
Apakah  perilaku pimpinan   dapat  digunakan  sebagai  contoh  yang baik dan layak ditiru  oleh bawahannya ?
Ada  beberapa cara  yang  dapat digunakan  pimpinan  untuk  menstimulasi  bawahan agar  dapat merubah  perilaku  yang kurang baik  kearah yang  lebih baik sehingga peningkatan kinerja  sesuai standar dapat  dicapai:
Penguatan  yang positif
Penguatan  positif akan  meningkatkan  kemungkinan  individu untuk mengulangi  kembali  tindakan  yang diharapkan. Hal ini dapat dilakukan  dengan  segera  memberikan  pujian terhadap  hal  positif yang  dilakukan  bawahan .
Contoh  :
              “ Anda telah mengumpulkan  informasi  yang berharga selama  anda 
                 mewawancarai  Tn. Saroja  “
              “ Saya  sangat  menghargai  perawat  yang  menghadiri  pertemuan  ini “             
   
Hal  lain  yang  dapat  digunakan untuk menstimulasi  bawahan adalah dengan memberikan umpan balik, seperti : perhatian,  hadiah, tugas khusus,  naik jabatan, pujian, senyuman dan lain-lain.  Pengakuan  adalah  salah satu penguatan  yang  mudah  dilakukan  disamping  murah. Oleh karena itu  seorang pemimpin  harus mengetahui  dan memahami bentuk dorongan  seperti apa  yang perlu diberikan  pada setiap bawahan  dalam berbagai situasi.    

KESIMPULAN          

Disiplin  kerja  sangat penting  digunakan  sebagai arahan untuk  membentuk dan melatih  seseorang  melakukan sesuatu menjadi baik, dan merupakan proses  untuk menumbuhkan  perasaan seseorang  dalam mempertahankan  dan meningkatkan  tujuan  organisasi  secara objektif melalui  kepatuhannya  manjalankan peraturan  organisasi.
Koreksi dan pencegahan terhadap melemahnya peraturan  harus segera diatasi dan dilakukan  oleh  semua komponen  yang terlibat  dalam organisasi.  Karena  melemahnya  disiplin kerja dalam organisasi  akan secara langsung  mempengaruhi moral pegawai maupun terhadap pelayanan yang diberikan.
Sanksi indisipliner  dilakukan untuk mengarahkan  dan memperbaiki perilaku pegawai dan bukan untuk menyakiti,  oleh karena itu harus dilakukan  secara adil dan bijaksana. 

EVALUASI
1.      Apakah  pengertian Disiplin ?
2.      Apa tujuan Disiplin bagi saudara ?
3.      Sebutkan prinsip-prinsip dalam menetapkan tindakan Indisipliner ?
4.      Sebutkan tahapan-tahapan tindakan Indisipliner ?

5.      Sebutkan contoh tindakan Modifikasi Perilaku ?

Sabtu, 13 Juli 2013

MONITORING dan  EVALUASI KINERJA KLINIS


Setelah membaca materi bab ini mahasiswa dapat memahami tentang:
1.     Menjelaskan pengertian monitoring dan evaluasi.
2.     Menyebutkan tujuan monitoring.
3.     Menjelaskan prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi.
4.      Menjelaskan keterkaitan antara monitoring dan evaluasi
5.      Mengidentifikasi metoda evaluasi  kinerja klinis
6.      Menjelaskan tipe monitoring dan evaluasi kinerja klinis
7.      Menjelaskan langkah-langkah monitoring dan evaluasi kinerja klinis
8.      Menjelaskan sistem monitoring kinerja klinis
9.      Melakukan monitoring dan pengelolaan penyimpangan kinerja klinis

Pendahuluan

            Monitoring dan Evaluasi merupakan bagian penting dari administrasi yang efektif dalam suatu organisasi. Hal ini suatu proses bantuan kepada staf untuk mencapai tujuan organisasi. Hasil yang diharapkan dikaitkan dengan standar yang digunakan  dalam pelayanan kesehatan akan bermakna apabila tujuan dapat dicapai dengan hasil yang baik. Hasil tersebut sangat tergantung pada kualitas kinerja yang ditampilkan oleh klinisi, termasuk perawat dan bidan. Oleh sebab itu salah satu bagian yang penting dalam proses   manajemen adalah melakukan monitoring untuk mengetahui bagaimana perawat dan bidan melakukan pekerjaannya.
            Dalam melakukan monitoring  kinerja perawat dan bidan, perlu ada seorang koordinator untuk perawat dan koordinator  untuk bidan. Dengan demikian diharapkan kinerja perawat dan bidan  dapat dipertanggungjawabkan dan segera diketahui bila terjadi penyimpangan, namun keputusan harus dibuat berdasarkan informasi yang lengkap. Hasil monitoring ini harus dilaporkan dan bila terdapat penyimpangan segera ditindaklanjuti tetapi sebaliknya bila terdapat peningkatan kinerja perlu diberikan penghargaan. Monitoring merupakan bagian dari evaluasi yang dilakukan dalam proses kegiatan/evaluasi formatif.  Sedangkan evaluasi selain berisi monitoring juga melihat kembali kegiatan yang dilakukan secara keseluruhan/evaluasi sumatif.
            Perubahan yang begitu cepat dalam pelayanan kesehatan, peningkatan kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan keterbatasan sumber daya, telah mendorong kearah tersedianya pelayanan yang berkualitas dengan melaksanakan sesuatu yang benar pada saat yang tepat dengan upaya yang  sesuai. Prinsip ini perlu diterapkan sehingga diperlukan adanya  jaminan mutu, standar, indikator kinerja, uraian tugas  serta   sistem monitoring dan evaluasi yang berdasarkan standar dan kebutuhan pelayanan. 
            Monitoring kinerja klinis bagi perawat dan bidan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan mutu kinerja itu sendiri dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada umumnya. Untuk mengukur kinerja harus ada suatu  indikator kinerja dan melalui monitoring, kinerja seseorang dapat dilihat dan dinilai.
Kinerja mengandung  komponen kompetensi profesional dan produktifitas dalam kaitannya dengan pelayanan keperawatan/kebidanan, maka kompetensi perawat dan bidan dalam pelaksanaan tugas pelayanan didasarkan atas standar profesi masing-masing. Sebagai profesi perawat atau bidan seyogyanya bekerja secara profesional sehingga  layanan yang diberikan bermutu tinggi. Kita ketahui banyak faktor yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang, namun harus disadari bahwa profesi perawat dan bidan berkaitan dengan keselamatan dan kesejahteraan orang lain. Tanggung jawab dan akontabilitas perawat dan bidan  akan tercermin dalam deskripsi pekerjaannya dan diterjemahkan kedalam fungsi-fungsi sesuai dengan lingkup pekerjaannya. Fungsi akan mengarah pada kegiatan-kegiatan spesifik dan menentukan kinerja klinis tiap perawat dan bidan. Bagaimana mengukur kinerja klinis perawat dan bidan? Tetapkanlah indikator kinerja kuncinya terlebih dulu, karena tidak semua indikator akan  dimonitor oleh manajer perawat dan bidan. Indikator kinerja kunci merupakan pilihan dari aktititas yang  kritikal sehingga  bila tidak dilakukan akan sangat berdampak luas atau merugikan pasen.

Pengertian Monitoring

Monitoring adalah suatu proses pengumpulan  dan menganalisis informasi dari penerapan suatu program termasuk mengecek secara reguler untuk melihat apakah kegiatan/program itu berjalan sesuai rencana sehingga masalah  yang dilihat /ditemui dapat   diatasi

Pengertian Evaluasi

World Health Organization (WHO) merumuskan evaluasi sebagai suatu proses dari pengumpulan dan analisis informasi mengenai efektivitas dan dampak suatu program dalam tahap tertentu  sebagai bagian atau keseluruhan dan juga mengkaji pencapaian program.   Definisi lain dikemukakan oleh Swansburg (1996) yang menyatakan bahwa evaluasi kinerja adalah suatu proses pengendalian dimana kinerja pegawai dievaluasi berdasarkan standar.
Evaluasi adalah suatu proses pengumpulan data  menganalisis informasi tentang efektifitas dan dampak dari suatu tahap atau keseluruhan program . Evaluasi juga termasuk menilai pencapaian program dan mendeteksi serta menyelesaikan masalah dan merencanakan kegiatan yang akan datang(WHO). Evaluasi adalah proses pemberian informasi untuk membantu membuat keputusan tentang objek yang akan dievaluasi
Banyak orang berfikir bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan di akhir suatu program/proyek dan itu tidak membutuhkan pikiran yang serius , pendapat ini adalah suatu hal yang salah karena evaluasi membutuhkan perencanaan sebelum mengerjakan suatu program /proyek dan termasuk evaluasi formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama program atau kegiatan berlangsung dan ini dikaitkan dengan proses monitoring.Informasi yang diperoleh dari monitoring memungkinkan untuk dapat membuat dan menetapkan tentang bagaimana program  tersebut dapat berjalan atau  bagaimana sebaiknya proses untuk mencapai tujuan; contoh monitoring dari suatu pencapaian  artinya bahwa anda dapat terus menerus mengkaji ulang kemajuan dan mengidentifikasi sesuatu untuk menyakinkan bahwa hal itu realistik dan dapat dicapai dan dimodifikasi atau bila perlu memperbaikinya sementara program masih berjalan.  

Tujuan Evaluasi


Tujuan evaluasi adalah :
  1. Menentukan kompetensi pekerjaan.
  2. Meningkatkan kinerja dengan menilai dan mendorong hubungan yang baik diantara pegawai (perawat dan bidan).
  3. Menghargai pengembangan staf dan memotivasi pegawai kearah pencapaian kualitas yang tinggi.
  4. Menggiatkan konseling dan bimbingan dari manajer.
  5. Memilih perawat dan bidan berkualitas untuk pengembangan  dan peningkatan gaji.
  6. Mengidentifikasi ketidakpuasan pegawai.

Secara umum Sistem Manajemen Kinerja Klinis memberi kerangka kerja pengembangan program melalui;  kinerja yang disadari  (performance awareness),  pengukuran kinerja (performance measurement) dan peningkatan kinerja (performance improvement).

Tujuan   Monitoring dan Evaluasi

  1. Memperoleh informasi terutama tentang kegiatan apakah telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan memberikan umpan balik
  2. Mempertanggung jawabkan tugas/kegiatan yang telah dilakukan
  3. Sebagai bahan untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan program/kegiatan dan tindak lanjut dari aktifitas monitoring.
  4. Menentukan kompetensi pekerjaan dan meningkatkan kinerja dengan menilai dan mendorong hubungan yang baik diantara pegawai dalam hal ini perawat dan bidan.
  5. Menghargai pengembangan staf dan memotivasi perawat dan bidan kearah pencapaian kualitas yang tinggi.
  6. Menggiatkan konseling dan bimbingan dari manajer
  7. .Memilih perawat dan bidan yang berkualitas untuk pengembangan dan peningkatan gaji.
  8. Mengidentifikasi ketidak puasan perawat dan bidan.


Manfaat Monitoring dan Evaluasi


  1. Mengidentifikasi masalah keperawatan/kebidanan.
  2. Mengambil langkah korektif untuk perbaikan secepatnya.
  3. Mengukur pencapaian sasaran/target.
  4. Mengkaji kecenderungan status kesehatan pasen/masyarakat yang mendapat pelayanan.

 

Prinsip-prinsip Monitoring dan Evaluasi


  • Libatkan staf  dalam perencanaan dan implementasi,rapat dengan staf untuk memberi kesempatan  mengerti konsep dan ide-ide dan keuntungan self evaluasi  menjadi berguna
  • Pilih seorang atau dua orang sebagai tim kecil  yang bertanggung jawab dan membatasi data dan analisis tetapi tidak membuat rekomendasi.
  • Pastikan ada konsensus rencana evaluasi walaupun ini kelihatannya membtuhkan waktu dan usaha yang besar
  • Sediakan kepada tim evaluasi sumber–sumber  pengambilan data dan analisis ini mungkin melibatkan pendapat dari ahli
  • Mendorong evaluator untuk melaporkan kemajuan walaupun mereka tidak pada posisi  untuk melapor
  • Gunakan temuan – temuan untuk merefleksikan program dibawah pengawasannya, tentukan apa yang akan dirubah, dibuat dan untuk apa contoh apakah proses implementasi harus dimodifikasi sehingga tujuan dapat dicapai.  
  
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Monitoring

1.      Monitoring kinerja klinis perawat dan bidan berdasarkan indikator kinerja klinis
2.      Indikator kinerja berdasarkan standar dan uraian tugas.
3.      Indikator kinerja klinis dipilih yang menjadi indikator kunci
4.      Indikator harus bersifat ; dapat diukur atau dinilai, dapat dicapai, dan bersifat  spesifik
5.      Dalam waktu tertentu dapat dilakukan perubahan
6.      Monitoring  harus ditentukan bagaimana caranya, kapan dimana, dan siapa yang akan memonitor serta harus didokumentasikan.

Langkah-Langkah Dalam Monitoring

  1. Perencanaan
a.       Merancang sistem monitoring yang spesifik: apa yang akan dimonitor, tujuan apakah untuk memperoleh infomasi rutin atau jangka waktu pendek? mengapa dan untuk siapa (user).
b.      Menentukan scope monitoring: luasnya area (RS, puskesmas non TT)? apakah bersifat klinis atau service? Siapa yang terlibat, bidan, perawat, dokter? Berapa lama monitoring akan dilakukan?
c.       Memilih dan menentukan indikator tentukan batasan sasaran kelompok misalnya kelompok anak dibawah 2th, 5 th atau antara 12-60 bln ? Terminologi: kasus diare, mungkin kultur masyarakat dari satu tempat akan berbeda dgn tempat lainnya, maka penyusunan indikator merujuk pada budaya setempat dan terakhir tentukan "performance standard" atau target pencapaian (%) serta frekuensinya (harian/mingguan/bulanan) tergantung kebutuhan user.
d.      Menentukan sumber-sumber informasi, memilih metoda pengumpulan data, seperti metoda observasi, interview petugas, perawat/bidan, pasen atau rapid survey untuk cakupan atau pengobatan di rumah  (home treatment).

2. Implementasi
a.       Mengumpulkan data penggunaan format pengumpulan data, termasuk memilih menentukan proses supervisi dan prosessingnya (kemana akan dikirim)
b.      Tabulasi data dan analisa data: membandingkan temuan atau pencapaian aktual dengan perencanaan
c.       Temuan dalam monitoring: apakah ada penyimpangan, bila ada perlu diidentifikasi masalah penyebabnya. Hasil temuan di "feedback" kan kepada semua staf yang terlibat.
d.      Menggali penyebab dan mengambil tindakan perbaikan: menggali penyebab terjadinya masalah, bisa jadi masalah timbul dalam hal yang sudah familiar bagi perawat dan bidan, misalnya immunisasi cakupan turun. Bila penyebab telah diketahui, check list immunisasi dipakai lagi. Rencana monitoring perlu disusun jangka pendek untuk menjamin bahwa tindakan/prosedure dilaksanakan sesuai standar (rencana) serta memberi efek sesuai dengan harapan

3. Menentukan kelanjutan monitoring
Kegiatan monitoring dirancang untuk memperoleh hasil kinerja sekarang (rutin) atau jangka pendek bagi manajer atau user lainnya. Ketika program atau kegiatan rutin telah memberikan perubahan signifikan, maka kelangsungan program kinerja memerlukan perhatian. Review secara periodik tetap diperlukan. Sistem informasi manajemen akan membantu manajer untuk mempertimbangkan kapan indikator dan frekuensi monitoring dikurangi dan pada bagian mana perlu direncanakan lagi dan dilanjutkan.

Tipe Monitoring


  1. Monitoring Rutin :
Kegiatan mengkompilasi informasi secara reguler berdasarkan sejumlah indikator kunci. Jumlah indikator dalam batas minimum namun tetap dapat memberikan informasi yang cukup bagi manajer untuk mengawasi kemajuan/perkembangan. Monitoring rutin dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi penerapan program dengan atau tanpa perencanaan
  1. Monitoring jangka Pendek :
Dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan biasanya diperuntukkan bagi aktifitas yang spesifik. Seringkali bila aktifitas atau proses-proses baru diterapkan, manajer ingin mengetahui, apakah sudah diterapkan sesuai rencana dan apakah sesuai dengan keluaran yang diinginkan. Pada umumnya manajer memanfaatkan informasi ini untuk membuat penyesuaian dalam tindakan yang baru. Sekali penerapan telah berjalan baik maka indikator kunci dimasukkan kedalam monitoring rutin. Monitoring jangka pendek diperlukan bila manajer menemukan suatu masalah yang muncul berhubungan dengan input atau pelayanan.

Untuk merancang sistem monitoring rutin atau jangka pendek, beberapa hal perlu dipertimbangkan:
(1)   Memilih indikator kunci yang akan dipergunakan manajer;
(2)   Hindari mengumpulkan data yang berlebihan agar tidak menjadi beban staf.
(3)   Berikan feedback pada waktu tertentu;
(4)   Gunakan format laporan yang dapat dengan mudah untuk menginterpretasikan data dan tindakan.


SISTEM MONITORING

Sistem monitoring indikator kinerja klinis perawat dan bidan sangat diperlukan untuk meningkatkan serta mempertahankan tingkat kinerja yang bermutu. Melalui monitoring akan dapat dipantau penyimpangan - penyimpangan yang terjadi,  penyimpangan harus dikelola dengan baik oleh manajer perawat dan bidan untuk diluruskan kembali agar kegiatan yang dilakukan sesuai dengan standar. Ada tiga indikator kinerja perawat dan bidan yang perlu dimonitor. yaitu: administratif, klinis dan pengembangan staf.
Yang termasuk dalam indikator kinerja administratif meliputi pendokumentasian  asuhan keperawatan (askep) dan asuhan kebidanan (askeb) segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan administratif termasuk pencatatan dan pelaporan; Indikator kinerja klinis adalah pelaksanaan kegiatan atau aktifitas asuhan langsung terhadap pasen, misalnya asuhan keperawatan bedah (pre-op), asuhan kebidanan pada ibu hamil.  Pengembangan staf berkaitan dengan pengembangan kemampuan klinis staf (pengetahuan, ketrampilan dan sikap) yang dapat dilakukan secara rutin  antara lain melalui ref1eksi diskusi kasus.  (Lihat diagram dibawah ini;


RCD

Giving feed back

Handling Variances

Monitoring system

Job Description

Standards

SISTEM MONITORING


Key performance indicator
 



















Monitoring sangat diperlukan dalam suatu sistem manajemen dan hasilnya merupakan feedback bagi manajemen untuk lebih meningkatkan rencana operasional serta mengambil langkah-langkah tindakan korektif.  Oleh karena itu manajer hendaknya memiliki sistem monitoring sehingga feedback atau penyimpangan yang terjadi akan dapat dikelola dengan tepat, cepat dan dapat dilakukan upaya perbaikan dengan segera. Dengan melakukan monitoring secara periodik sesuai dengan kepentingannya, maka pelayanan keperawatan dan kebidanan dapat ditingkatkan mutunya secara terus menerus.

Metode Evaluasi Kinerja

Dalam tatanan klinik dapat digunakan metoda evaluasi yang bervariasi. Manajer atau supervisor harus mempertimbangkan tujuan dari evaluasi kinerja klinis, kemampuan bekerja yang akan dievaluasi. Ini berarti harus jelas deskripsi pekerjaan dan kegiatan yang didasarkan pada standar  setiap posisi klinis.
Menegakkan indikator evaluasi harus mencerminkan deskripsi pekerjaan yang harus mereka lakukan dan harus sederhana, khusus dan jelas. Penilaian kinerja klinis dapat menggunakan tehnik kualitatif untuk mengukur kompetensi pekerjaan di bagian khusus. Susunan indikator harus dikembangkan berdasarkan kekhususan fungsi dan tugas dan itu juga digunakan untuk mengukur proses dari outcomes kilnis. Metoda evaluasi kinerja bervariasi seperti:
a. Catatan Anecdotal
Catatan Anecdotal adalah catatan individu berdasarkan peristiwa, kegiatan klinik dan hasil serta masalah yang terjadi pada pegawai yang bersangkutan. Setiap pegawai mempunyai catatan/buku anecdotal. Isu yang dicatat akan dibahas antara manajer atau supervisor dengan pegawai/staf yang bersangkutan dan ditandatangani oleh pegawai dan supervisor. Walaupun catatan anecdotal memberi satu arti sistematis untuk pencatatan observasi, mereka tidak dapat menjamin bahwa observasi akan dibuat sistematis atau khusus  terhadap  perilaku yang relevan diobservasi. Hal ini memerlukan pertimbangan waktu pencatat observasi.  Dokumen anecdotal disimpan oleh manajer, dan menulis laporan rekapitulasi  serta mengirim laporan anecdotal kepada seksi keperawatan dan kebidanan di rumah sakit / koordinator di Puskesmas.
b. Penilaian Diri Sendiri
Penilaian diri sendiri adalah metoda lain untuk evaluasi kinerja dan sedikit digunakan dilapangan. Masalah penilaian diri sendiri bagi pelaksana sama dengan penilaian supervisor dimana membutuhkan suatu pelatihan dalam menilai diri sendiri. Mereka menjadi terbiasa untuk setiap posisi klinik.
Pertanyaan yang akan memfasilitasi  penilaian diri sendiri adalah:
§  Pikirkan siapa yang lebih efektif untuk menilai?
§  Perilaku dan hasil apa yang dapat mendukung pilihan?
§  Pikirkan perilaku dan hasil yang membuat anda bicara dengan diri anda sendiri “Akankah menjadi lebih baik bila setiap orang mengerjakannya ?
§  Kebiasaan apakah dari pekerjaan yang berkaitan dengan tugas untuk dinilai?
§  Bagaimana perbedaan dari orang berpenampilan rata-rata dengan orang yang sempurna?
c. Check List
Check List dapat mengkaji kategori kehadiran atau absen, atau karakteristik yang diharapkan atau perilaku. Check list harus digunakan untuk variabel nyata seperti inventaris perlengkapan. Metoda ini dapat pula digunakan untuk evaluasi ketrampilan keperawatan atau kebidanan klinis dan disarankan untuk mencatat perilaku esensial dalam keberhasilan kinerja.
d. Peer Review
Peer Review adalah proses evaluasi diantara teman sekerja dan seprofesi dengan kemampuan yang sama praktek. Mereka secara kritis mereview praktek sejawatnya dengan menggunakan standar kinerja yang baku. Ini adalah self-regulation dan mendukung prinsip autonomi. Peer review terdiri dari sejawat yang memeriksa tujuan asuhan langsung dari sejawatnya dengan standar yang khusus, indicator kritis dari asuhan yang ditulis oleh sejawat. Tujuan peer review adalh untuk mengukur akontabilitas, evaluasi dan meningkatkan pemberian asuhan, identifikasi kekuatan dan kelemahan, mengembangkan policy yang baru atau diubah.

Umumnya sistem manajemen kinerja klinis adalah untuk memberi kerangka kerja pengembangan program melalui kinerja yang disadari ( performance awareness),pengukuran kinerja( performance measurement) dan peningkatan kinerja (performance improvement). Pengembangan kinerja klinis keperawatan dan kebidanan tidak dapat dipisahkan dari upaya pengembangan sumber daya manusianya yaitu perawat dan bidan itu sendiri. Pengembangan diri secara terus menerus dapat dilakukan dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, melalui pelatihan (training) dan dapat juga dilakukan melalui refleksi diskusi kasus (RDK). RDK dapat dikategorikan sebagai suatu “in-service training” untuk selalu mengembangkan kemampuan dan dapat dipakai sebagai salah satu indikator pengembangan staf. 

Outcomes Evaluasi   

Ada 3 komponen outcomes evaluasi dalam organisasi, yaitu :
  1. Clinical outcomes
  2. Administrative outcomes
  3. Service/delivery outcomes

Ad 1.         Clinical outcomes
Clinical outcomes berfokus pada penilaian proses asuhan sebagai perkembangan pasen melalui suatu sistem yang luas dan spesifik. Umumnya penilaian harus memenuhi outcomes yang mungkin dapat diterapkan dalam pelayanan. Contoh indikator clinical outcomes adalah :
a.       Angka infeksi. Outcome yang diharapkan harus bermakna seperti penurunan infeksi nasokomial menjadi nol.
b.      Pasen jatuh/kecelakaan. Outcome yang diharapkan nol, berarti pasen harus sering diobservasi terutama pada pasen yang siap ambulansi.
 
Ad 2.         Administrative out comes
Outcomes ini khusus berkaitan dengan organisasi sebagai keseluruhan dan mempengaruhi sistem kepegawaian, staf, dokter dan alur bawah organisasi. Dasar pengukuran indikator dalam sistem pelayanan kesehatan adalah implikasi dari organisasi seperti :
1.                Kepuasan pegawai. Ini merupakan indikator kritis dari outcome untuk keberhasilan program dan asuhan pasen. Sistem ini harus meningkatkan kualitas lingkungan kerja pegawai meskipun membutuhkan waktu. Sistem yang lebih efektif dan efisien didasarkan pada filosofi kerja kelompok dan asuhan yang berfokus pada pasen. Mengukur kepuasan pegawai harus dikaji atas peratuaran yang mendasar.
2.                Analisis budaya dan suasana organisasi. Suatu perencanaan yang baik dan efektif dirancang dengan proses keseinambungan. Patokan kasus umum memberi implikasi positif baik terhadap budaya maupun suasana organisasi. Budaya membangun “spirit kelompok” dengan berfokus pada pasen dan proses. Ini adalah nilai nyata adanya pendidikan dimana belajar menghargai diantara sesama staf, dokter dan manajemen. Transformasi suasana ke dalam lingkungan ini menumbuhkan autonomi staf, mendorong, menghargai kreativitas dan inovasi, mendukung  kemampuan manajerial dan suatu kebersamaan diantara anggota kelompok.


Ad 3.         Service/delivery outcomes
Ada  satu komponen tetap dari indikator pelayanan dasar yang dapat  dievaluasi dan langsung  menilai outcomes. Indikator outcomes pelayanan sedikit dan lebih sederhana, antara lain :
a.       Kepuasan pasen. Banyak metoda dan alat yang cocok untuk menilai kepuasan pasen yang akurat sebagai indikator kritis. Kegagalan mendengar dan menanggapi persepsi pasen dalam sistem pemberian asuhan  akan mengakibatkan ancaman kegagalan dari organisasi. Data yang berkaitan dengan kepuasan pasen harus disampaikan kepada semua staf secara regular, hanya outcomes terbaik memberikan “inovasi” lebih jauh untuk meningkatkan kinerja . Penilaian yang kurang akan memberi dampak kepada organisasi.
b.      Lamanya menunggu (Respone Time). Adalah indikator pelayanan yang sempurna untuk menilai efektivitas sistem. Suatu birokrasi yang kompleks, lamban, aturan sistem menghasilkan keterlambatan pemasaran. Pasen sensitif terhadap keterlambatan dan keterbelakangan  yang menimbulkan kesan negatif terhadap organisasi berdasarkan pengalaman dalam proses sewaktu masuk ke rumah sakit.

Evaluasi data penyimpangan kinerja adalah satu bagian penting dalam peningkatan kinerja.  Ada dua jenis penyimpangan.  Pertama, penyebab umum terjadinya penyimpangan yang erat kaitannya dengan penyimpangan minor yang terjadi dalam satu organisasi pelayanan kesehatan, tanpa memperdulikan sistem yang telah mapan.  Penyebab umum terjadi penyimpangan mungkin juga termasuk penyimpangan minor dalam penampilan kinerja staf, dimana prosedur yang tidak jelas dan keterbatasan peralatan. 
Oleh karena itu, keterbatasan sumber untuk mendeteksi penyebab setiap penyimpangan minor dapat ditoleransi.  Kedua, penyebab khusus terjadinya penyimpangan, mungkin termasuk kesalahan pegawai, kurangnya pengetahuan dalam menjabarkan peralatan.  Target indikator adalah menggunakan deviasi standar untuk mengidentifikasi penyebab penyimpangan tertentu yang dapat mentoleransi fluktuasi penyebab umum.  Penyebab khusus terjadinya penyimpangan biasanya mudah dikoreksi dari pada penyebab umum terjadinya penyimpangan.  Sebagai contoh;  Keharusan mencuci tangan secara rutin mungkin ditingkatkan dengan drastis, apabila staf sadar dan menerima bahwa praktek cuci tangan akan di evaluasi.  Rencana tindakan adalah kunci untuk menghilangkan penyebab khusus terjadi penyimpangan.

Kesimpulan

Monitoring merupakan bagian penting dalam manajemen kinerja klinis perawat dan bidan dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan keperawatan dan kebidanan dan disisi lain meningkatkan kualitas kesehatan pasen. Temuan monitoring di"feedback"kan kepada staf untuk diketahui seberapa jauh pencapaian kinerjanya. Manajer menggali penyebab masalah dan merencanakan monitoring sebagai tindak lanjut untuk perbaikan. Hasil monitoring dilaporkan kepada pimpinan untuk dipergunakan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan.

Evaluasi


  1. Sebutkan pengertian monitoring.
  2. Apa yang dimonitoring ?
  3. Sebukan langkah-langkah monitoring dan jelaskan secara ringkas.
  4. Apa yang dilakukan bila terjadi penyimpangan ?
  5. Sebutkan 3 indikator kinerja klinis Perawat dan Bidan  yang dimonitor dan berikan contohnya.