Sabtu, 11 Juli 2015

MANAJEMEN KONFLIK

Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana  didalamnya  terjadi interaksi antara  satu dengan  lainnya, memiliki kecenderungan  timbulnya konflik. Dalam institusi layanan kesehatan terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf, staf dengan pasen, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter, maupun dengan lainnya yang mana situasi tersebut seringkali  dapat  memicu terjadinya konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan,  tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya  kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas kerja organisasi secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja.  Dalam suatu organisasi,  kecenderungan terjadinya  konflik, dapat disebabkan  oleh suatu perubahan  secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan ketat, perbedaan kebudayaan dan sistem nilai, serta berbagai macam  kepribadian  individu.

§  Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi.
§  Sikap saling mempertahankan diri  sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan  berbeda, dalam upaya mencapai satu  tujuan sehingga mereka  berada  dalam posisi oposisi, bukan kerjasama.

Konflik bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang positif apabila dikelola dengan baik. Misalnya, konflik dapat menggerakan suatu perubahan :
§  Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab mereka.
§  Memberikan saluran baru untuk komunikasi.
§  Menumbuhkan semangat baru pada staf. 
§  Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi.
§  Menghasilkan distribusi sumber tenaga  yang lebih merata  dalam organisasi.

Apabila konflik mengarah pada kondisi destruktif, maka hal ini dapat berdampak pada penurunan efektivitas kerja dalam  organisasi  baik secara perorangan maupun kelompok, berupa penolakan, resistensi terhadap perubahan, apatis, acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif, berupa demonstrasi.


Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab sebagai berikut:
1.      Batasan pekerjaan yang tidak jelas
2.      Hambatan komunikasi
3.      Tekanan waktu
4.      Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
5.      Pertikaian antar pribadi
6.      Perbedaan status
7.      Harapan yang tidak terwujud

Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan:
1.      Disiplin: Mempertahankan disiplin dapat digunakan  untuk mengelola dan mencegah konflik.  Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
2.      Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan: Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya.  Misalnya; Perawat junior yang berprestasi  dapat  dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang  yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat dipromosikan  untuk menduduki  jabatan yang lebih tinggi.
3.      Komunikasi: Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk  menghindari konflik adalah dengan menerapkan  komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari  yang akhirnya dapat dijadikan sebagai  satu cara hidup.
4.      Mendengarkan secara aktif: Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para  pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.

Pendekatan dalam resolusi konflik tergantung pada :
q  Konflik itu sendiri
q  Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya
q  Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik
q  Pentingnya isu yang menimbulkan konflik
q  Ketersediaan waktu dan tenaga




STRATEGI :
q  Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
q  Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya  apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan  pada mereka untuk  membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
q  Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
q  Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan  kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
q  Memecahkan Masalah atau Kolaborasi  
-          Pemecahan sama-sama   menang  dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
-          Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan  saling memperhatikan satu sama lainnya.

PETUNJUK PENDEKATAN  SITUASI KONFLIK  :
q  Diawali  melalui penilaian diri sendiri
q  Analisa  isu-isu seputar konflik
q  Tinjau kembali  dan sesuaikan dengan  hasil eksplorasi diri sendiri.
q  Atur dan rencanakan  pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik
q  Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat
q  Mengembangkan dan  menguraikan solusi
q  Memilih solusi dan melakukan tindakan
q  Merencanakan pelaksanaannya



PERTANYAAN:
1.      Apa sumber dari konflik yang sedang terjadi ?
2.      Jika Anda sebagai kepala ruang/koordinator, yang bertanggung jawab atas situasi yang terjadi, darimana Anda akan memulai mencari pemecahan masalah ini ?
3.      Anda dapat memilih satu cara penanggulangan konflik, dan uraikan pendapat anda.
4.      Hal  positif apa yang dapat diambil dari konflik diatas

Hubungan interpersonal antara perawat dengan, kolega, kelompok, keluarga pasen maupun orang lain  dapat merupakan sumber terjadinya konflik, oleh sebab itu perawat harus  mengetahui dan memahami manajemen konflik. Penyebab konflik meliputi: ketidakjelasan uraian tugas, gangguan komunikasi, tekanan waktu, standar, kebijakan yang tidak jelas, perbedaan status, dan harapan yang tidak tercapai. Konflik dapat dicegah atau diatur dengan menerapkan disiplin, komunikasi efektif, dan saling pengertian   antara sesama rekan kerja.
Untuk mengembangkan alternatif solusi agar dapat mencapai satu kesepakatan dalam pemecahan konflik ,diperlukkan komitmen yang sungguh sungguh . Ada beberapa stragtegi yang dapat digunakan, antara lain ; akomodasi, kompetisi, kolaborasi, negosiasi, dan kompromi. Diharapkan Manajer Perawat dapat memahami dan menggunakan keahliannya secara khusus untuk mencegah dan mengatur konflik.

EVALUASI
1.      Sebutkan definisi konflik?
2.      Sebutkan faktor penyebab konflik?
3.      Sebutkan aspek positif dari konflik?
4.      Sebutkan 2 – 3 strategi pemecahan konflik?
5.      Jelaskan langkah – langkah 1 cara pemecahan konflik !


Sabtu, 13 Juni 2015

DISKRIPSI PEKERJAAN

DISKRIPSI PEKERJAAN

PENDAHULUAN
Pada setiap unit/ruang seharusnya diskripsi pekerjaan keperawatan dan kebidanan jelas dan berkaitan dengan standar asuhan. Setiap perawat dan bidan harus mengerti apa yang diharapkan oleh organisasi untuk mereka kerjakan.  Staf  harus mempunyai pandangan yang luas mengenai visi dan misi organisasi termasuk kebijakan dan peraturan-peraturan.   Pada umumnya, pekerjaan tersebut akan dikembangkan berdasarkan standar dan diskripsi pekerjaan untuk setiap posisi klinis.
Dengan tertatanya deskripsi pekerjaan yang jelas bagi setiap posisi klinis akan memudahkan manajer/pimpinan menilai kinerja klinis bawahan  secara objektif dan hal ini dapat digunakan sebagai dasar upaya promotif staf ke jenjang yang lebih tinggi, maupun sebagai bahan masukan dalam rangka penyusunan rancangan  jenjang karier di Indonesia.
Hal lain yang akan dijabarkan dalam makalah ini adalah ekuitas beban kerja, yang mana perawat dan bidan akan menghitung waktu yang digunakan dalam memberikan perawatan langsung, tidak langsung dan non keperawatan untuk mengetahui prosentase beban kerja perawat dan bidan  terhadap perawatan langsung, tidak langsung maupun non keperawatan. Hasil penghitungan beban kerja tersebut dapat digunakan sebagai masukan yang berharga bagi manajer/pimpinan untuk mempertimbangkan penempatan setiap perawat dan bidan sesuai dengan diskripsi pekerjaan yang dimiliki. Diharapkan apabila perawat dan bidan dapat bekerja sesuai dengan deskripsi pekerjaan berdasarkan standar yang disepakati akan memberikan dampak positif dengan meningkatnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat       

A. Pengertian
§  Diskripsi pekerjaan adalah seperangkat fungsi dan tugas tanggung jawab yang dijabarkan ke dalam kegiatan pekerjaan.
§  Pernyataan tertulis untuk semua tingkat posisi klinis dalam satu unit yang mencerminkan fungsi, tanggung jawab dan kualitas yang dibutuhkan.

B. Lingkup Diskripsi Pekerjaan
            Diskripsi pekerjaan dapat menjadi rintangan apabila tidak akurat, tidak lengkap dan kadaluawarsa. Penulisan diskripsi pekerjaan yang sempurna dapat menjadi asset dan dapat menggambarkan posisi dalam organisasi yang memberikan pandangan operasioanl  secara keseluruhan dan menunjukkan bahwa diskripsi pekerjaan telah dirancang dan dianilisis sebagai suatu bagian  integral dari pelayanan organisasi. Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan  dan inovasi teknologi, diskripsi pekerjaan adalah subyek perubahan. Perawat atau bidan manajer harus memelihara agar pekerjaan tetap relevan dengan diskripsi pekerjaan melalui perbaikan secara periodik  dan sistematis.
Perawat dan bidan manajer harus melihat bahwa :
1.      Diskripsi pekerjaan adalah pernyataan tertulis untuk semua tingkat posisi dalam unit keperawatan dan kebidanan, yang mencerminkan fungsi, responsibilitas dan kualifikasi yang dibutuhkan.
2.      Diskripsi pekerjaan diperbaiki dan diperbaharui sesuai perkembangan iptek atau kebijakan organisasi.
3.      Semua posisi klinis sebaiknya dievaluasi secara periodik (6 bulan atau 1 tahun sekali).

C. Pengembangan Diskripsi Pekerjaan
            Diskripsi Pekerjaan dapat dikembangkan mellaui analisis posisi klinis. Ada enam langkah pengembangan yaitu :
1.        Identifikasi posisi
2.        Analisis pekerjaan
3.        Analisis kegiatan setiap pekerjaan
4.        Evaluasi fungsi melalui analisis kinerja mereka menggunakan penilaian kinerja untuk setiap posisi
5.        Analisis indikator kinerja untuk setiap kompetensi
6.        Metoda penilaian kinerja (Poline, 1984)
            Untuk mengembangkan diskripsi pekerjaan haruslah mempertimbangkan standar dan peraturan yang digunakan organisasi. Diskripsi pekerjaan, kewenangan dan responsibilitas pada masing-masing posisi klinis harus jelas bagi perawat dan bidan dalam memberi asuhan langsung kepada pasen. Ada beberapa kriteria tertentu untuk mengembangkan diskripsi pekerjaan sebagai berikut;
1.      Diskripsi pekerjaan harus terkini dan akurat untuk mensyaratkan fungsi dan tugas yang diperlukan.
2.      Posisi/jabatan klinis harus jelas berdasarkan ketentuan dan jenjang karier yang ditetapkan oleh organisasi.
3.      Diskripsi pekerjaan menunjukkan jenis dan spesifikasi pekerjaan, bagaimana dan untuk apa pekerjaan tersebut berbeda satu dengan lainnya.
4.      Diskripsi pekerjaan harus lengkap dan tidak mendetail, sehingga dapat mengembangkan fungsi dan tugas yang lebih luas.
5.      Rancang standar untuk digunakan pada semua pekerjaan bagi masing-masing kategori.
6.      Diskripsi pekerjaan harus realistis untuk aspek teknis dan sumber daya manusia yang memungkinkan.
Prinsip-prinsip penulisan dan pengorganisasian pekerjaan yang bijaksana dan memberi kontribusi terhadap perkembangan perawat dan bidan adalah :
1.      Mengatur pekerjaan untuk kebutuhan logis
2.      Menetapkan fungsi dan tugas yang jelas dan ringkas
3.      Mulai dengan kalimat aktif, kata kerja fungsional
4.      Bila mungkin gunakan kata spesifik dan jelas.


D. Jenis Posisi Dalam Organisasi Pemerintah
1.      Posisi Struktural; Ketentuan dari posisi struktural ditetapkan oleh pemerintah. Organisasi memilih orang untuk posisi struktural didasarkan kepada peraturan pemerintah, seperti Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan Pemerintah setempat.  Mereka mempunyai diskripsi pekerjaan yang dikaitkan dengan standar organisasi.
2.      Posisi klinis berbeda dengan posisi struktural.   Posisi klinis bervariasi tergantung kepada pendidikan dan pengalaman, nama jabatan, kewenangan dan tanggung jawab dari setiap posisi klinis tersebut.   Diskripsi pekerjaan  ini harus jelas dan tidak perlu dirinci.

Sabtu, 09 Mei 2015

STANDAR

STANDAR 

dan 

STANDAR OPERATING PROSEDUR



Pendahuluan

Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan telah menjadi tema utama di seluruh dunia. Dengan tema ini, organisasi pelayanan kesehatan dan kelompok profesional kesehatan sebagai pemberi pelayanan harus menampilkan akuntabilitas sosial mereka dalam memberikan pelayanan yang mutakhir  kepada konsumen yang berdasarkan standar profesionalisme, sehingga diharapkan dapat memenuhi harapan masyarakat.  Sebagai konsekuensinya peningkatan kinerja memerlukan persyaratan yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan yang berdasarkan standar tertulis.

Dalam pelayanan keperawatan dan kebidanan, standar  sangat membantu perawat dan bidan untuk mencapai asuhan yang berkualitas, sehingga perawat dan bidan harus berpikir realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap semua aspek asuhan yang berkualitas tinggi. Namun keberhasilan dalam mengimplementasikan standar sangat tergantung pada individu perawat atau bidan itu sendiri, usaha bersama dari semua staf dalam suatu organisasi, disamping partisipasi dari seluruh anggota profesi.

Beberapa Pengertian tentang Standar
Banyak diskusi dalam mempelajari dan membahas definisi standar.  Kamus Oxford memberikan beberapa pengertian konsep kunci mengenai  definisi standar.  Pertama,  standar adalah derajat terbaik.  Kedua, standar memberikan suatu dasar perbandingan. Ketiga, beberapa pengertian lain seperti tertulis dibawah ini; 
  1. Standar adalah  spesifikasi  teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsesus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,  pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya (PP 102 tahun 2000). 
  2. Standar adalah suatu catatan minimum dimana terdapat kelayakan isi dan akhirnya  masyarakat mengakui bahwa standar sebagai model untuk ditiru
  3. Standar adalah suatu pernyataan tertulis tentang harapan yang spesifik.
  4. Standar adalah  pernyataan tertulis dari suatu harapan-harapan yang spesifik .
  5. Standar adalah suatu patokan pencapaian berbasis pada tingkat  (dr. Yodi Mahendrata).
  6. Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan disepakati bersama serta dapat diterima pada suatu tingkat praktek untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Reyers, 1983).
  7. Standar adalah nilai-nilai (values) yang tertulis  meliputi peraturan-peraturan dalam mengaplikasi proses-proses kunci, proses itu sendiri, dan hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
  8. Standar adalah menaikkan ketepatan kualitatif atau kuantitatif yang spesifik dari komponen struktural dalam sistem pelayanan kesehatan yang didasarkan pada proses atau hasil suatu harapan (Donebean).

Standar yang berbasis pada sistem manjemen kinerja menegaskan spesifikasi suatu kinerja antara lain;
  1. Spesifik (specific)
  2. Terukur  (measurable)
  3. Tepat (appropriate)
  4. Andal (reliable)
  5. Tepat waktu (timely)

Standar  yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri ukuran kualitatif yang tepat seperti yang tercantum dalam standar pelaksanaannya. Standar selalu berhubungan dengan mutu karena standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara pelayanan yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai.

Ada 4 Ketentuan Standar
  1. Harus tertulis dan dapat diterima pada suatu tingkat praktek, mudah dimengerti oleh para pelaksananya.
  2. Mengandung komponen struktur (peraturan-peraturan), proses (tindakan/actions) dan hasil (outcomes). Standar struktur menjelaskan peraturan, kebijakan fasilitas dan lainnya. Proses standar menjelaskan dengan cara bagaimana suatu pelayanan dilakukan dan outcome standar menjelaskan hasil dari dua komponen lainnya.
  3. Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sistem dalam organosasi. Pernyataan standar mengandung apa yang diberikan kepada pelanggan/pasen, bagaimana staf berfungsi atau bertindak dan bagaimana sistem berjalan. Ketiga komponen tersebut harus berhubungan dan terintegrasi. Standar tidak akan berfungsi bila kemampuan atau jumlah staf tidak memadai.
  4. Standar harus disetujui atau disahkan oleh yang berwenang. Sekali standar telah dibuat, berarti sebagian pekerjaan telah dapat diselesaikan dan sebagian lagi adalah mengembangkannya melalui pemahaman (desiminasi). Komitmen yang tinggi terhadap kinerja prima melalui penerapan-penerapannya  secara konsisten untuk tercapainya tingkat mutu yang tinggi.

Komponen – Komponen Standar
Beberapa komponen yang harus ada pada standar :
  1. Standar Struktur
Standar struktur adalah karakteristik organisasi dalam tatanan asuhan yang diberikan. Standar ini sama dengan standar masukan atau standar input yang meliputi;


*      Filosofi dan objektif
*      Organisasi dan administrasi
*      Kebijakan dan peraturan
*      Staffing dan pembinaan
*      Deskripsi pekerjaan (fungsi tugas dan tanggung jawab setiap posisi klinis)
*      Fasilitas dan peralatan

  1. Standar Proses
Standar proses adalah kegiatan dan interaksi  antara pemberi dan penerima asuhan. Standar ini berfokus pada kinerja dari petugas profesional di tatanan klinis, mencakup :
*      Fungsi tugas, tanggung jawab, dan akuntabilitas
*      Manajemen kinerja klinis
*      Monitoring dan evaluasi kinerja klinis

  1. Standar Outcomes
Standar outcomes adalah hasil asuhan dalam kaitannya dengan status pasen. Standar ini berfokus pada asuhan pasen yang prima, meliputi :
*      Kepuasan pasen
*      Keamanan pasen
*      Kenyamanan pasen

Dalam pelayanan kesehatan, hasil mungkin tidak selalu seperti apa yang diharapkan atau diinginkan, namun standar struktur dan proses yang baik akan menunjukkan sejauh mana kemungkinan pencapaian outcomse atau hasil yang diharapkan. Outcomes adalah hasil yang dicapai melalui penentuan dan melengkapi proses. Outcomes ditulis untuk setiap prosedur,  pedoman praktek dan rencana.

Tingkatan Standar
Pada dasarnya ada dua tingkatan standar yaitu minimum dan  optimum. Standar minimum adalah sesuatu standar yang harus dipenuhi dan menyajikan suatu tingkat dasar yang harus diterima, disamping ada standar lain yang secara terarah dan berkesinambungan dapat dicapai. Ini merupakan keinginan atau disebut juga standar optimum.  Standar minimum harus dicapai seluruhnya tanpa ada pertanyaan. Standar optimum mewakili  keadaan yang diinginkan atau disebut juga tingkat terbaik, dimana ditentukan hal-hal yang harus dikerjakan dan  mungkin hanya dapat dicapai oleh mereka yang berdedikasi tinggi.

Penggunaan Standar
Dalam pelayanan kesehatan, standar digunakan dalam satu dari tiga proses evaluasi;  menilai diri sendiri, inspeksi, dan akreditasiIstilah penilaian diri sendiri menunjukkan penilaian satu kinerja diri sendiri. Proses ini, mungkin dirancang oleh individu tersebut atau komite dari luar, mengenai  evaluasi pemenuhan  standar. Apakah standar tersebut terpenuhi atau tidak. Hal ini dapat menjadi suatu pengalaman belajar yang sangat berharga, terutama apabila ada komitmen untuk menganalisa secara jujur mengenai kekuatan dan kelemahan kinerja. Standar adalah kesepakatan kinerja untuk mencapai luaran/hasil kerja tertentu.
 Manfaat Standar  :
  1. Standar menetapkan norma dan memberi kesempatan  anggota masyarakat  dan perorangan mengetahui bagaimanakah tingkat pelayanan yang diharapkan/ diinginkan. Karena standar tertulis sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara luas.
  2. Standar menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku sebagai tolok ukur untuk memonitor kualitas kinerja.
  3.  Standar berfokus pada inti  dan tugas penting yang harus ditunjukkan pada situasi aktual  dan sesuai dengan kondisi lokal.
  4. Standar meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan sumber daya dengan lebih baik.
  5. Standar meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf.
  6. Standar dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada keadaan dasar maupun post-basic pelatihan dan pendidikan.

Cara Penulisan Standar 

Berikut ini  adalah langkah praktis merancang standar ;
  1. Apabila menulis satu standar mulailah dengan pernyataan standar.
  2. Identifikasi kriteria outcomes dalam bentuk pertanyaan, siap untuk dimonitor.
  3. Identifikasi proses yang dibutuhkan untuk mencapai outcomes (apa yang harus dikerjakan).
  4. Identifikasi struktur (apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses untuk mencapai outcomes)
  5. Ringkaskan, identifikasi kriteria kunci sebagai kelompok profesional yang senantiasa bekerja sama, oleh karena itu kriteria proses tidak perlu dikembangkan dalam buku prosedur (Standart Operating Procedure/Prosedur Operasi Baku).
  6. Gunakanlah kata-kata yang dapat diukur, contoh; anda tidak dapat mengukur  ‘kemungkinan’, ‘mengerti’, ‘tepat’.  Anda perlu mengidentifikasi kata yang berarti dalam istilah pengukuran.
  7. Memastikan bahwa outcomes mengukur pernyataan standar.
  8. Keterlibatan tim multi disiplin dalam menyusun standar, sangat dperlukan.
  9. Monitoring standar harus merupakan bagian dari evaluasi asuhan pasen.
  10. Standar harus merefleksi kepada asuhan spesifik yang diperlukan pasen
  11. Standar harus menjadi bagian sistem yang mudah dicapai, kemudian diperbaiki dalam beberapa bulan untuk mengecek konsistensi pencapaian.
  12. Standar baru harus dipelihara untuk meningkatkan kinerja standar sebaiknya diletakkan dalam rak buku di ruangan.
  13. Walaupun dalam pelayanan kesehatan, hasil mungkin tidak selalu seperti apa yang diinginkan atau diharapkan, definisi standar struktur dan proses yang baik, terlihat sejauh mana ditingkatkan kemungkinan pencapaian outcomes atau hasil yang diharapkan.  Outcomes adalah hasil yang dicapai melalui penentuan dan melengkapi proses.  Outcomes ditulis untuk setiap prosedur, pedoman praktek dan rencana.

Penulisan Standar Keperawatan dan Kebidanan

Berikut ini  adalah langkah praktis merancang standar:
  1. Apabila menulis satu standar mulailah dengan pernyataan standar.
  2. Identifikasi kriteria outcomes dalam bentuk pertanyaan, siap untuk dimonitor.
  3. Identifikasi proses yang dibutuhkan untuk mencapai outcomes (apa yang harus dikerjakan).
  4. Identifikasi struktur (apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses untuk mencapai outcomes).
  5. Ringkaskan, identifikasi kriteria kunci, sebagai kelompok profesional yang senantiasa bekerja sama, oleh karena itu kriteria proses tidak perlu dikembangkan dalam buku prosedur (SOP).
  6. Gunakanlan kata-kata yang dapat diukur, contoh; anda tidak dapat mengukur  ‘kemungkinan’, ‘mengerti’, ‘tepat’.  Anda perlu mengidentifikasi kata yang berarti dalam istilah pengukuran.
  7. Mengecek bahwa outcomes mengukur pernyataan standar.
  8. Keterlibatan tim multidisiplin dalam menyusun standar.
  9. Monitoring standar harus bagian dari evaluasi asuhan pasen.
  10. Standar harus merefleksi kepada asuhan spesifik yang diperlukan pasen.
  11. Standar harus menjadi bagian sistem yang mudah dicapai, kemudian diperbaiki dalam beberapa bulan untuk mengecek konsistensi pencapaian à   Standar baru harus dipelihara untuk meningkatkan kinerja à  standar sebaiknya diletakkan dalam rak buku di ruangan.

STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP)
Pengertian  :
  1. Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong  dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
  2. Protap merupakan tatacara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. (Depkes RI, 1995)
  3. SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dialui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. (KARS, 2000)
Tujuan :
  1. Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim dalam organisasi atau unit.
  2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi
  3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait.
  4. Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
  5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi
Fungsi :
  1. Memperlancar tugas petugas atau tim.
  2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
  3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
  4. Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
  5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
Prinsip-prinsip protap :
  1. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan.
  2. Bisa berubah sesuai dengan perubahan standar profesi  atau perkembangan iptek serta peraturan yang berlaku.
  3. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada setiap upaya,  disamping tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap kegiatan pelayanan.
  4. Harus didokumentasikan.
Jenis dan ruang lingkup SOP:
  1. SOP pelayanan profesi à  terdapat dua kelompok.
a.       SOP untuk aspek keilmuan à adalah SOP mengenai proses kerja untuk diagnostik dan terapi.
b.      SOP untuk aspek manajerial à adalah SOP mengenai proses kerja yang menunjang SOP keilmuan dan pelayanan pasen non-keilmuan.
SOP profesi mencakup:
-          Pelayanan medis
-          Pelayanan penunjang
-          Pelayanan keperawatan
  1. SOP administrasi mencakup:
a.       Perencanaan program/kegiatan
b.      Keuangan
c.       Perlengkapan
d.      Kepegawaian
e.       Pelaporan
Tahap-tahap Penyusunan Protap :
  1. Merumuskan tujuan protap
-          Menentukan judul
  1. Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap :
-          Menterjemahkan policy/kebijakan/ketentuan-ketentuan/peraturan-peraturan kebijakan berguna untuk :
a.       Terjaminnya suatu kegiatan
b.      Membuat standar kinerja
c.       Menyelesaikan suatu konflik dalam tim kerja
  1. Membuat aliran proses
-          Bentuk bagan-bagan yang menggambarkan proses atau urutan jalannya suatu produk/tatacara yang mencatat segala peristiwa;
a.       Memberi gambaran lengkap tentang apa yang dilaksanakan
b.      Membantu setiap pelaksanaan untuk memahami peran dan fungsinya dengan pihak lain.
-          Syarat suatu bagan harus dibuat atas dasar pengamatan langsung, tidak boleh dibuat atas dasar apa yang diingat serta disusun dalam “Flow of Work”
Teknik membuat pertanyaan-pertanyaan dasar :
a.       Tujuan : Apa sebenarnya yang dikerjakan dan mengapa ?
b.      Tempat : Dimana saja dilakukan dan mengapa ?
c.       Urutan : Kapan dilakukan dan mengapa waktu itu ?
d.      Petugas : Siapa yang melakukan dan mengapa oleh dia ?
e.       Cara             : Metoda apa yang dipakai dan mengapa dengan caa itu ?
  1. Menyusun prosedur atau pelaksanaan kegiatan; Prosedur atau pelaksanaan disusun berdasarkan atas hasil pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas (flow of work) yang menggambarkan suatu unit kegiatan yang terbagi habis à tercapai kepuasan kerja dan tercapainya tujuan.
Penerapan standar kebidanan di suatu wilayah/daerah perlu diikuti dengan :
  1. Dukungan dan kebijakan Nasional
  2. Aksi lokal
  3. Keterlibatan seluruh stakeholders utama
  4. Pengujian di wilayah-wilayah terpilih untuk mengidentifikasikan  atau mengembangkan models yang praktis dan terbail dan dijadikan “lesson learned”
  5. Dikembangkan ke wilayah lain.
KESIMPULAN
Standar sangat diperlukan dalam pelayanan keperawatan dan kebidanan. Standar sangat membantu perawat dan bidan untuk mencapai asuhan yang berkualitas. Tingkatan standar terbagi menjadi dua yaitu standar minimum dan standar optimum. Standar minimum harus dicapai oleh perawat dan bidan, sementara standar optimum adalah suatu keadaan ideal yang ingin dicapai.  Ada empat ketentuan standar yaitu harus tertulis, mengandung komponen struktur, proses, dan outcomes , berorientasi pada pelanggan serta disetujui dan disyahkan oleh yang berwenang. Penggunaan standar  terutama pada tiga proses evaluasi ; menilai diri sendiri, inspeksi, dan akreditasi.
EVALUASI
1.      Jelaskan  pengertian standar yang anda ketahui !
2.      Apakah komponen-komponen standar ? Jelaskan dengan singkat!
3.      Jelaskan manfaat standar !
4.      Jelaskan perbedaan standar Minimum dan Optimum !

5.      Apakah manfaat penggunaan standar ?