INDIKATOR KINERJA
Pendahuluan
Kinerja
(performance) menjadi isu dunia saat
ini. Hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap
kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standar,
karena kinerja diukur berdasarkan standar. Melalui kinerja klinis perawat dan
bidan, diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya secara nyata
dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kebidanan, yang berdampak
terhadap pelayanan kesehatan secara umum pada organisasi tempatnya bekerja, dan
dampak akhir bermuara pada kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mengukur kinerja perawat dan
bidan pada tatanan klinis, digunakan "indikator kinerja klinis"
sebagai langkah untuk mewujudkan komitmennya guna dapat menilai tingkat
kemampuan individu dalam tim kerja. Dengan demikian, diharapkan kesadaran akan
tumbuh, mau, dan mampu mengidentifikasi
kualitas kinerja masing-masing, untuk dimonitor, diperbaiki serta ditingkatkan
secara terus menerus. Model pengembangan dan manajemen kinerja klinis (SPMKK)
bagi perawat dan bidan, dimulai dari elemen terkecil dalam organisasi yaitu
pada tingkat "First Line Manager",
karena produktifitas (jasa) berada langsung ditangan individu-individu dalam
kerja tim.
Namun demikian komitmen dan dukungan
pimpinan puncak dan stakeholder lainnya tetap menjadi kunci utama. Bertemunya
persepsi yang sama antara dua komponen tersebut dalam menentukan sasaran dan
tujuan, merupakan modal utama untuk meningkatkan kinerja dalam suatu
organisasi. Menentukan tingkat prestasi melalui indikator kinerja klinis akan
menyentuh langsung faktor -faktor yang menunjukkan indikasi-indikasi obyektif terhadap
pelaksanaan fungsi/tugas seorang perawat atau bidan, sejauh mana fungsi dan
tugas yang dilakukan memenuhi standar yang ditentukan.
Pengertian Kinerja
Kata kinerja (performance) dalam
konteks tugas, sama dengan prestasi
kerja. Para pakar banyak memberikan definisi tentang kinerja secara umum, dan
dibawah ini disajikan beberapa diantaranya:
1.
Kinerja: adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari
fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu
(Bernardin dan Russel, 1993).
2.
Kinerja: Keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan (As'ad,
1991)
3.
Kinerja adalah pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik pribadi
dan pengorganisasian seseorang (Kurb, 1986)
4.
Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan fungsinya
(Gilbert, 1977)
Kinerja mengandung dua komponen
penting yaitu
1.
Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasikan tingkat kinerjanya.
2.
Produktifitas: kompetensi tersebut diatas dapat diterjemahkan kedalam
tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja (outcome).
Dari berbagai pengertian tersebut
diatas, pada dasarnya kinerja menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi
suatu pekerjaan atau apa yang keluar (out-come). Bila disimak lebih lanjut apa
yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atan jabatan adalah suatu proses yang
mengolah in-put menjadi out-put (hasil kerja). Penggunaan indikator kunci untuk
mengukur hasil kinerja individu, bersumber dari fungsi-fungsi yang
diterjemahkan dalam kegiatan/tindakan dengan landasan standar yang jelas dan
tertulis. Mengingat kinerja mengandung komponen kompetensi dan produktifitas
hasil, maka hasil kinerja sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu
dalam pencapaiannya.
Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja seseorang antara lain :
- Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar
belakang keluarga, pengalaman tingkat sosial dan demografi seseorang.
- Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian,
motivasi dan kepuasan kerja
- Faktor organisasi : struktur organisasi, desain
pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system)
Tujuan
1.
Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun dalam
kelompok setinggi tingginya. Peningkatan prestasi kerja perorangan pada
gilirannya akan mendorong kinerja staf.
2.
Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil kerja
melalui prestasi pribadi.
3.
Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya tentang pekerjaan,
sehingga terbuka jalur komunikasi dua arah antara pimpinan dan staf.
Kinerja Klinis
Pengembangan dan managemen kinerja
pada dasarnya sebuah proses dalam managemen sumber daya manusia. Implikasi dari
kata "manajemen" berarti proses diawali dengan penetapan tujuan dan
berakhir dengan evaluasi. Kata "klinis" menunjukkan bahwa kegiatan
yang dilaksanakan berada pada tatanan pelayanan langsung kepada asuhan pasen.
Secara garis besar ada lima kegiatan
utama yaitu:
1.
Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh seorang
perawat/bidan dan disepakati oleh atasannya. Rumusan ini mencakup kegiatan yang
dituntut untuk memberikan kontribusi berupa hasil kerja (outcome).
2.
Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai dalam
kurun waktu tertentu, termasuk penetapan
standar prestasi dan tolak ukurnya.
3.
Melakukan "monitoring", koreksi, memfasilitasi serta memberi
kesempatan untuk perbaikan.
4.
Menilai prestasi perawat/bidan tersebut dengan cara membandingkan prestasi
aktual dengan standar yang telah ditetapkan.
5.
Memberikan umpan balik kepada perawat/bidan yang dinilai berhubungan dengan
seluruh hasil penilaian. Pada kesempatan tersebut atasan dan staf mendiskusikan
kelemahan dan cara perbaikannya untuk meningkatkan prestasi berikutnya.
Pengertian
Indikator
Ada beberapa pengertian yang
disampaikan oleh para pakar antara lain:
1.
Indikator adalah pengukuran tidak
langsung suatu peristiwa atau kondisi. Contoh: berat badan bayi dan umurnya adalah indikator status nutrisi
dari bayi tersebut ( Wilson & Sapanuchart, 1993).
2.
Indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu
kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan (Green,
1992).
3.
Indikator adalah variable untuk mengukur suatu perubahan baik langsung
maupun tidak langsung (WHO, 1981)
Ada
dua kata kunci penting dalam pengertian tersebut diatas adalah pengukuran
dan perubahan. Untuk mengukur tingkat
hasil suatu kegiatan digunakan "indikator" sebagai alat atau petunjuk
untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan. Indikator yang berfokus pada hasil
asuhan kepada pasen dan proses-proses kunci serta spesifik disebut indikator
klinis. Indikator klinis adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur
dan mengevaluasi kualitas asuhan pasen dan berdampak terhadap pelayanan.
Indikator tidak dipergunakan secara langsung untuk mengukur kualitas pelayanan,
tetapi dapat dianalogikan sebagai "bendera" yang menunjuk adanya
suatu masalah spesifik dan memerlukan monitoring dan evaluasi. Dalam beberapa
kegiatan, mungkin tidak relevan mengukurnya dengan ukuran kuantitatif untuk
mengambil suatu keputusan. Sebagai contoh dalam komunikasi: bagaimana kualitas
komunikasi interpersonal antara perawat - pasen, maka pengukurannya adalah
melalui observasi langsung untuk mengetahui bagaimana kualitas interaksinya. Monitoring dilakukan terhadap indikator kunci guna dapat
mengetahui penyimpangan atau prestasi yang dicapai. Dengan demikian setiap individu akan dapat menilai tingkat
prestasinya sendiri (self assesment).
Indikator Memiliki Karakteristik sebagai berikut :
1.
Sahih (Valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk
mengukur aspek-aspek yang akan dinilai.
2.
Dapat dipercaya (Reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada
saat yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3.
Peka (Sensitive): cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak
perlu banyak.
4.
Spesifik (Specific)
memberikan gambaran prubahan ukuran yang jelas dan tidak tumpang tindih.
5.
Relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan
kritikal contoh: pada unit bedah indikator yang dibuat berhubungan dengan
pre-operasi dan post-operasi.
Klasifikasi Indikator
Sistem
klasifikasi indicator didasarkan atas kerangka kerja yang logis dimana
kontinuum masukan (input) pada akhirnya mengarah pada luaran (outcomes).
- Indikator
input merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
aktivitas al: personel, alat/fasilitas, informasi, dana,
peraturan/kebijakan.
- Indikator
proses adalah memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan.
- Indikator
output : mengukur hasil meliputi cakupan, termasuk pengetahuan, sikap, dan
perubahan perilaku yang dihasilkan oleh tindakan yang dilakukan. Indikator
ini juga disebut indicator effect.
- Indikator
outcome : dipergunakan untuk menilai perubahan atau dampak (impact) suatu program, perkembangan
jangka panjang termasuk perubahan status kesehatan masyarakat/penduduk.
Ilustrasi
dari kontinuum indikator dengan contoh kegiatan imunisasi: Input meliputi peralatannya, vaksin dan alat proteksi
dan staf yang terlatih, proses
adalah kegiatan dalam melakukan aktifitas pemberian imunisasi, output
meliputi cakupan pemberian meningkat adalah (output), dan outcome
adalah dampaknya sebagai efek output antara
lain menurunnya morbiditas dan mortalitas dari upaya pencegahan penyakit
melalui immunisasi (outcome)
Indikator Kinerja Klinis
Mengidentifikasi
indikator yang tepat untuk suatu tindakan klinis yang memerlukan pertimbangan
yang selektif dan membangun konsesus diantara manager lini pertama (First Line Manager) dan staf, sehingga
apa yang akan dimonitor dan dievaluasi akan menjadi jelas bagi kedua belah
pihak.
Pengukuran Indikator Kinerja Klinis
Untuk
menilai keberhasilan suatu kegiatan pelayanan keperawatan/kebidanan
dipergunakan indikator kinerja klinis. Indikator adalah pengukuran kuantitatif,
umumnya pengukuran kuantitatif meliputi numerator dan denominator. Numerator
adalah suatu data pembilang dari suatu peristiwa (events) yang yang sudah diukur. Denominator data penyebut adalah
jumlah target sasaran atau jumlah seluruh pasen yang menjadi sasaran pemberian
asuhan/pelayanan. Contoh data denominator di puskesmas: populasi sasaran dalam
satu wilayah seperti: jumlah balita,
bumil, bayi baru lahir. Indikator yang meliputi denominator sangat
berguna untuk memonitor perubahan dan membandingkan tingkat keberhasilan suatu
area dengan area lain pada suatu wilayah.
Cara
pengukuran ini disebut dengan proprosi. Tetapi dalam kondisi tertentu indikator
tanpa denominator (hanya data pembilang) sangat berarti untuk kejadian jarang
atau langka tetapi penting misalnya kematian ibu. Indikator dapat dikategorikan
serius dari peristiwa yang diukur. Bila peristiwa tersebut dinilai sangat
berbahaya atau berdampak luas, walaupun frekuensinya rendah, maka diperlukan
pengawasan atau monitoring yang lebih intens untuk perbaikan yang lebih cepat
Indikator
adalah suatu peristiwa (event)
atau suatu kondisi. Untuk mengukur suatu peristiwa yang terjadi, maka
peristiwa tersebut dibandingkan dengan sejumlah peristiwa yang universal.
Misalnya
pemasangan infus (IV terapi) yang menimbulkan pleibitis adalah suatu peristiwa
(numerator) dan pemasangan infus merupakan kegiatan yang dilakukan pada
sejumlah pasen yang memerlukan tindakan pemasangan infus adalah peristiwa yang
universal (denominator). Indikator klinis yang dirumuskan dalam hal ini adalah
tidak terjadi pleibitis setelah 3x24 jam sejak pemasangan contoh dibawah ini
dapat dihitung dalam proporsi sebagai berikut:
Jumlah pasen dengan Intra Vena
terapi terkena plebitis
___________________________________________________________________ X100 %
Jumlah semua pasen dengan IV terapi
|
Waktu yang dipergunakan dalam
pengukuran indikator bisa harian, mingguan, bulanan, besarnya masalah atau
situasi. Indikator yang baik diperoleh dari standar tertulis, tanpa standar
yang tertulis, akan sangat sulit menyusun indikator yang relevan. Oleh karena
itu sebaiknya perangkat berupa standar tertulis perlu dipersiapkan
organisasasi.
Pengumpulan data indikator kinerja
Pengumpulan data indikator merupakan
tulang punggung dari program pengukuran kinerja. Hal tersebut hanya dapat
dikembangkan melalui sistem manajemen informasi yang t.epat; dimana pengumpulan
data, pengorganisasian serta reaksi terhadap data kinerja direncanakan dan
diorganisir secara sistematik, sehingga dapat memberikan makna terhadap
perubahan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dalam suatu organisasi.
Ada enam sasaran kunci pengumpulan
data kinerja:
1.
menata sistem informasi yang akurat
yang mendasari keputusan mendatang,
2.
menghindari aspek hukum yang berkaitan dengan pengukuran dan hasil data
yang dikumpulkan,
3.
menemukan lingkungan tepat yang dapat memberikan peluang untuk melakukan
tindakan,
4.
menumbuhkan motivasi staf dan
merencanakan peningkatan kinerja itu sendiri,
5.
mengumpukan
data interval secara reguler terhadap proses-proses kritis, dalam upaya
mempertahankan kinerja yang sudah meningkat,
6.
mengumpulkan data obyektif dan subyektif.
Rancangan
sistem pengumpulan data kinerja untuk
mencapai sasaran harus mempertimbangkan masalah atau isue yang ada. Siapa yang
harus mengumpulkan data? Apa tujuan pengumpulan data? Apa sumber datanya?
Berapa banyak data harus dikumpulkan? Apa alat yang akan digunakan?
Penyimpangan apa yang terjadi?
Evaluasi
data penyimpangan kinerja melalui indikator kinerja klinis adalah satu bagian
penting dari dalam peningkatan kinerja.
Ada dua jenis penyimpangan; pertama
penyebab umum terjadinya penyimpangan, erat kaitannya dengan penyimpangan
minor yang terjadi dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan tanpa
memperdulikan sistem yang sudah mapan. Penyebab penyimpangan kinerja staf juga
bisa terjadi karena, sistem atau prosedur yang tidak jelas, keterbatasan
fasilitas. Oleh karena itu, keterbatasan sumber-sumber untuk mendeteksi penyebab
dalam setiap penyimpangan minor masih dapat ditoleransi. Kedua penyebab khusus: terjadinya penyimpangan kinerja disebabkan
karena, kesalahan staf itu sendiri, kurang pengetahuan dan ketrampilan,
kemampuan yang kurang dalam pemeliharaan peralatan. Target suatu indikator
adalah menggunakan deviasi standar untuk mengidentifikasi penyebab
penyimpangan. Penyebab khusus terjadinya penyimpangan lebih mudah dikoreksi
dari pada penyebab umum. Sebagai contoh: keharusan mencuci tangan secara rutin
mungkin meningkat drastis, apabila staf menyadari dan menerima bahwa praktek
cuci tangan penting untuk meningkatkan mutu kinerja dan akan dimonitor atau dievaluasi.
Indikator diarahkan sebanyak mungkin
pada tindakan. Pada banyak organisasi, informasi yang diperoleh dari indikator
akan memerlukan tindak lanjut melalui investigasi: seperti kunjungan supervisi
untuk mengumpulkan lebih banyak data kualitatatif, survey khusus sebelum
mengarah pada suatu pengambilan keputusan.
Kesimpulan
Mengukur kinerja perawat dan bidan dengan
menggunakan indikator kinerja klinis merupakan suatu langkah yang mempunyai
keuntungan ganda. Pertama, cara ini akan memberikan kesempatan bagi staf
perawat dan bidan untuk melakukan "self
assessment“ sehingga dapat mengetahui tingkat kemampuannya, dan berusaha
untuk memperbaikinya. Peningkatan kemampuan dan produktifitas individu-individu
akan memberikan kontribusi peningkatan mutu pelayanan pada organisasinya yang
bermuara. pada kepuasan pasen dan staf. Sistem penilaian kinerja dengan
indikator kunci akan memberikan kesempatan kepada manager dan staf untuk
melakukan komunikasi interpersonal yang efektif, sehingga secara bersama.-sama
dapat dilakukan evaluasi dan perbaikan yang mengarah pada perbaikan kinerja dan
bermuara pada peningkatan mutu pelayanan.
Evaluasi
- 1. Berikan salah satu pengertian indikator.
3. Apa yang dimaksud dengan indikator klinis?
4. Apa saja komponen indikator yang ideal?
5. Apa manfaat dari indikator?
6. Apa yang dimaksud dengan kinerja? Sebutkan 2 komponen kinerja.
Sebutkan pengertian indikator klinis?
Jelaskan kriteria indikator yang baik.
- Bagaimana mengukur
kinerja dengan indikator klinis?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar